NaZaMWZcMGZ8LGZ7MGxaNGtaLDcsynIkynwbzD1c

Bahagia di Hari Kemenangan

BLANTERLANDINGv101
3034015059065731839

Bahagia di Hari Kemenangan

10/04/24

Seorang murid bertanya kepada gurunya yang terkenal akan kebijaksanaannya. "Guru, jelaskan kepadaku apa makna kebahagiaan?"

Setelah termenung sejenak, Sang Guru menjawab, "Kalau menjelaskan saya tidak bisa. Tapi akan saya tunjukkan. Menginap lah semalam di sini. Tapi kamu mesti berjanji untuk tidur di kamar yang kami sediakan"

Murid itu setuju. Malam hari dia diantar ke sebuah kamar yang sangat bagus. Pintunya saja terbuat dari kayu jati berukir yang sangat elegan. Kamar itu berukuran 6x6 meter persegi. Sekilas pandangan mata saja sudah tergambar mewahnya kamar tersebut. 

Sebuah tempat tidur king size terletak tepat di tengah kamar. Sandaran kepalanya menempel pada dinding tegak lurus dengan arah pintu masuk. Tempat tidur itu terbuat dari kayu jati juga dan memiliki 4 tiang penahan kelambu. Selembar kelambu berwarna cokelat muda menaungi tempat tidur itu. Sangat serasi dengan warna orisinil kayu jati berpoles pelitur bening. 

Satu set perabot kamar berdiri dengan mentereng di sebelah tempat tidur tersebut. Lemari pakaian berdampingan dengan sebuah rak buku seolah menjadi penjaga kamar.

Nyes, begitu memasuki kamar tersebut, sang murid merasakan sejuknya hawa sekitar seolah berada di pegunungan. Aroma teh hijau menampar organ olfaktori sang murid, yang mengukuhkan imaji bilangan Puncak Bogor di pikirannya. 

"Amboi, alangkah nyaman kamar ini," gumamnya. "Alangkah bahagianya penghuni kamar ini."

Ketika mulai duduk di kasurnya, murid itu makin takjub. Kelembutan kasur itu sangatlah membuai dirinya. Belum pernah dia merasakan kenikmatan duduk seperti ini. Dirabanya bantal yang terletak di ujung kasur. Dengan memejamkan mata diremasnya bantal itu. Dia merasakan kelembutan bantal tiada tara. Bantal itu seperti kombinasi antara bulu angsa dan empuknya plastik berisi gel. Lembut, adem dan membuatnya tenang. 

Masih dengan memejamkan mata, murid itu mulai merebahkan badannya. Serasa tergulung ombak busa, pemuda itu berguling beberapa kali menikmati sensasi kenikmatan kasur. Setelah puas berguling, dengan posisi telentang, dia membuka matanya. 

Hampir saja dia terlonjak berdiri begitu melihat benda-benda tajam tergantung pada langkan penahan kelambu. Terhunus ke bawah siap merajam benda di bawahnya, ada belati, pedang, bayonet, celurit, bintang ninja, dll. 

Pagi hari pemuda itu menemui gurunya dengan kantung mata bergelayut. Di wajahnya tergambar rasa lelah luar biasa. Seolah pemuda itu habis melakukan perjalanan jauh dengan kakinya. Lusuh. 

"Bagaimana anak muda. Bagus kamarnya?" tanya Sang Guru. Sebuah senyum penuh makna tersembunyi di bibirnya. 

"Bagus sekali, Guru"
"Nyaman?"
"Super nyaman, Guru"
"Nyenyak tidurmu?"
"Nggak bisa tidur, Guru!"
"Lha kok aneh?"
"Berulangkali saya mencoba untuk tidur, Guru. Saya coba untuk menikmati empuknya kasur dan bantalnya. Saya coba resapi aroma dan kesejukannya. Tapi, mata ini tak bisa terpicing sedikit pun dari benda-benda tajam di atas ranjang."

"Anak muda, itulah senyatanya hidup ini. Sebenarnya sudah sangat banyak kenikmatan yang kita miliki. Mestinya hal tersebut bisa membuat kita bahagia. Namun, seringkali kita justru memikirkan hal yang tak perlu. Kasur, bantal empuk, sejuknya suhu dan segarnya aroma kamar jadi lenyap gegara kita memikirkan bagaimana jika benda tajam itu jatuh. Padahal sudah terpampang jelas benda-benda tajam itu diikat dengan tali yang kuat!"
---

Sahabatku yang berbahagia, kasur empuk beserta pelengkap kenyamanan kamar itu bisa diibaratkan dengan rezeki melimpah, keluarga sehat, jabatan kuat. Sementara sajam yang tergantung itu boleh jadi adalah masa depan, lingkungan sekitar, atau mungkin saja bisnis yang baru kita rintis. 

Agar bisa bahagia, mestinya kita berfokus pada hal yang sedang terjadi. Dalam mindfulness, kita menyebutnya hadir utuh, sadar penuh. Focus & aware. Eling lan waspodo. 

Menurut salah satu guru saya, syarat agar bahagia adalah self-love. Dan tanda orang mencintai dirinya:
1. Tidak menyesali masa lalu 
2. Bisa menikmati masa kini
3. Berani menatap masa depannya 

Sahabatku, tak terasa satu lebaran lagi kita lalui. Maka agar bahagia, saya mengajak Anda untuk menerima masa lalu kita. Kalau pun ibadah kita belum bisa sehebat para shalihin, berlombalah dengan para pendosa dalam taubatnya. 

Mari kita nikmati hari kemenangan ini dengan saling memaafkan. Izinkan saya menghaturkan permintaan maaf saya atas perbuatan saya di masa lalu. 

Taqabbalallahu minna wa minkum, taqabbal yaa kariim. 

Selamat Hari Raya Iedul Fitri 1445H. 

Tabik
-haridewa- 
The Storyteller Coach 


BLANTERLANDINGv101
Formulir Kontak Whatsapp×
Data Anda
Data Lainnya
Kirim Sekarang