NaZaMWZcMGZ8LGZ7MGxaNGtaLDcsynIkynwbzD1c

Selamat Tahun Baru 2026

BLANTERLANDINGv101
3034015059065731839

Selamat Tahun Baru 2026

31/12/25



Sahabatku, hari ini adalah hari terakhir di tahun 2025. 

Bagi beberapa orang, tahun 2025 itu seperti sandal jepit yang talinya putus di tengah hujan. Masih bisa dipakai, tapi jalannya pincang dan bikin kita sesekali nyengir sambil mengumpat pelan. Lucunya, kita tetap memakainya sampai ujung jalan. 

Begitulah manusia, setia pada sesuatu yang menyakitkan. Sampai kita benar-benar sadar bahwa kaki kita layak menginjak alas yang lebih baikan.

Saya Hari Dewanto, seorang Storyteller Mind Therapist. Dan malam ini, izinkan saya berdiri di ambang dua waktu. Satu kaki di 2025, satu kaki di 2026. Seperti anak kecil di tepian laut. Ragu apakah ombak berikutnya akan menggelitik kakinya atau mengantarnya ketemu sang maut. 

Tahun 2025 bukan tahun yang sunyi. Ia berisik, gaduh, penuh klakson harapan dan rem kegagalan yang tersembunyi. Ada hari-hari ketika doa kita naik seperti balon udara. Ringan, berwarna, penuh janji dan gelora. Ada juga hari ketika doa itu jatuh seperti layang-layang putus. Tersangkut di kabel listrik realitas sampai pupus. 

Kita belajar banyak hal di 2025.
Bahwa rencana tak selalu patuh.
Bahwa niat baik pun bisa rubuh.
Bahwa kuat itu bukan tidak menangis.  
Melainkan tetap melangkah meski mulut meringis. 

Saya melihat 2025 seperti sebuah sekolah tua di pinggir rel kereta. Dindingnya retak, papan tulisnya kusam merata. Tapi dari sanalah kita lulus mata pelajaran paling mahal: ikhlas yang praktis. Bukan ikhlas versi poster politisi akan janji sekolah gratis. Ini adalah ikhlas yang lahir setelah berkali-kali jatuh, bangkit, lalu jatuh lagi. Yang pada akhirnya tetap memutuskan untuk bangkit dengan senyum yang berani unjuk gigi. 

Ada mimpi yang tercapai.
Ada yang terbengkelai.
Ada yang diam-diam kita kubur bahkan sebelum dimulai. 

Dan semua itu sah.
Karena hidup bukan lomba lari estafet yang harus selalu basah. Kadang hidup adalah lomba jalan karung. Jatuhnya konyol, bangunnya tak bakal murung. Dan ditonton oleh semut dan burung. 

Lalu datanglah 2026.
Ia belum bicara apa-apa, tapi tatapannya terang. Seperti buku tulis baru yang halamannya masih bau merang.  Ia menunggu coretan tangan kita. Entah itu puisi, angka, atau sekadar coretan galau di pagi buta. 

Saya tidak ingin menyambut 2026 dengan daftar resolusi yang kaku seperti pagar metal.  Saya ingin menyambutnya seperti menyambut sahabat kental. Dengan pelukan, secangkir kopi hangat, dan kejujuran yang kekal. 

Tahun 2026,
saya tidak berjanji akan selalu benar.
Tapi saya berjanji akan lebih sadar.

Lebih sadar saat marah.
Lebih sadar saat lelah.
Lebih sadar saat ego ingin memegang kemudi berdarah.

Jika 2025 mengajarkan saya agar tak mengeluh. Maka 2026 saya niatkan sebagai tahun bertumbuh. Bukan tumbuh yang terburu-buru, tapi tumbuh seperti bambu.  Lama di bawah tanah, lalu menjulang tanpa banyak ba bi bu. 

Saya ingin bekerja dengan makna, bukan sekadar target kinina. 
Saya ingin berbagi dengan niat, bukan sekadar konten hina dina.
Saya ingin hadir sebagai manusia, bukan mesin yang sibuk tapi merana.

Saudaraku,
kita sering lupa bahwa pergantian tahun bukan soal kembang api di langit, melainkan cahaya kecil di dada. Yang menentukan bukan angka di kalender, melainkan keputusan sunyi yang kita buat bahkan ketika tak ada yang meronda.

Jika kamu lelah di 2025, istirahatlah.
Jika kamu gagal, meski sebentar duduklah.
Tapi jangan menyerah. Karena 2026 bukan menuntutmu sempurna, ia hanya meminta kamu datang dengan lebih terarah.

Datang dengan luka yang sudah kamu kenali.
Datang dengan mimpi yang masih kamu awali.
Datang dengan hati yang berani belajar laiknya wali.

Malam ini, sebelum 2025 benar-benar pergi, lakukan satu hal sederhana.
Tulis satu kalimat tentang dirimu yang ingin kamu bawa ke tahun 2026 dengan membahana.
Bukan resolusi panjang, cukup satu kalimat yang jujur dan mengena.

Lalu, hiduplah selaras dengan kalimat itu.
Sedikit demi sedikit, begitu.
Hari demi hari, menyatu.

Karena pada akhirnya, hidup tidak meminta kita menjadi luar biasa dalam semalam.
Ia hanya meminta kita setia pada proses pualam. Dan sesekali, tertawa saat sandal jepit kita putus lagi, tanpa mengucap salam.

Selamat tinggal 2025.
Selamat datang 2026.
Mari kita gegap gempita menyambutnya. Bukan dengan bising, tapi dengan makna perubahannya.

Hari Dewanto
The Storyteller Mind Therapist

www.thecafetherapy.com


BLANTERLANDINGv101
Formulir Kontak Whatsapp×
Data Anda
Data Lainnya
Kirim Sekarang