Masih membahas aplikasi AI dalam psikoterapi modern.
Hari itu cuaca cerah, dan ruang pelatihan Find The Hypnotist in You sedang hangat-hangatnya. Peserta asyik menyerap ilmu, beberapa bahkan mulai menebak-nebak siapa yang punya bakat jadi tukang hipnotis dadakan—yang bukan cuma bisa nyuruh tidur ayam, tapi juga bisa bangunin harapan orang lain. #eeaaa.
Tetiba saja, di tengah sesi, seorang peserta berdiri, menyeret seorang ibu muda ke depan. “Mas Dewa, ini temanku. Takut banget naik kendaraan umum. Naik bus aja langsung pengen lompat ke masa kecil., wkwkwk”
Saya melirik sang ibu muda itu. Wajahnya gugup. Matanya berkelana seperti nyari pintu ke mana saja Doraemon yang belum tentu ada.
"Naik bus bisa bikin mual, Mas… takut… pengap," katanya lirih.
Saya tanya, “Naik kapal berani?”
“Berani.”
“Oke, berarti bukan takut kendaraan, tapi lebih ke ruang tertutup yang sempit.” “Bener,” katanya sambil angguk pelan.
Dan ternyata, selama ini dia hanya mengandalkan motor untuk ke mana-mana. Motor, yang terbuka, bebas, dan anginnya bisa ngajak ngobrol sepanjang jalan. Tapi coba suruh naik mobil tertutup atau bus kota, langsung deg-degan level horor.
Baiklah. Kita mulai.
LANGKAH 1: TRANS DAN BUS IMAJINER
Saya ajak dia masuk ke kondisi trance ringan. Trance itu kayak nonton film favorit sambil rebahan. Pikiran sadar rileks, pikiran bawah sadar mulai terbuka, dan di situlah pintu perubahan bisa diketuk pelan-pelan.
Saya tunjukkan gambar sebuah bus besar di gawai saya. Meskipun hanya gambar kecil di gawai, tapi justru efeknya nyata. Baru lihat sekilas aja, dia langsung pegang perut.
“Mual, Mas… pengen muntah.”
Saya cek skalanya.
“Skala 1 sampai 10, seberapa takut?”
“9, Mas. Hampir 10. Tapi aku mau nurunin ke nol.”
Saya senyum. "Semangatnya udah 10, berarti tinggal hatinya kita bimbing biar nyusul."
LANGKAH 2: WELL FORMED OUTCOME – NIAT YANG TERARAH
Saya ajak dia masuk ke proses Well Formed Outcome (WFO). Dalam dunia NLP, WFO ini bukan sekadar berkhayal. Ini adalah proses mengubah mimpi jadi arah yang SMART (Specific, Measurable, Achievable, Rational, Time-Bound). Visualisasi bukan cuma tentang ‘ingin bebas dari takut’, tapi ‘melihat diri kita dalam keadaan yang diinginkan dengan detail dan emosi yang terlibat’.
Saya minta dia membayangkan duduk di dalam bus, dengan tenang, nyaman, bahkan sambil ngemil roti sobek isi coklat kalau perlu, wkwk. Perlahan, wajahnya mulai lembut. Ketakutan turun, skalanya dari 9 jadi 7,5. “Kayaknya bisa,” katanya pelan. Saya jawab, “Bukan kayaknya bisa. Memang bisa. Niatmu sudah mulai punya kaki.”
LANGKAH 3: MINDFUL BREATHING & BUTTERFLY HUG
Setelah itu, saya ajak dia tarik napas... pelan... dalam... sadar. Mindful breathing. Teknik yang sederhana, tapi luar biasa. Karena ketika kita mulai menyadari napas, kita juga mulai menyadari bahwa kita ada. Dan keberadaan yang disadari itu, menciptakan rasa aman. Saya ajarkan juga Butterfly Hug. Pelukan ke diri sendiri, yang dilakukan sambil menepuk lembut bahu kanan dan kiri secara bergantian. Bukan untuk gaya-gayaan, tapi ini teknik somatik dari terapi trauma. Menghubungkan pikiran, tubuh, dan rasa.
Saya lihat dia mulai tenang. Napasnya lembut. Matanya tidak lagi resah.
LANGKAH 4: MUSIK PENYEMBUHAN — “MAAFKAN AKU”
Di akhir sesi, saya buka ‘alat rahasia’ saya: lagu. Saya putarkan lagu yang saya ciptakan bersama AI, judulnya “Maafkan Aku”. Lagu ini bukan tentang drama percintaan sinetron, tapi tentang penerimaan diri. Tentang memaafkan bagian diri yang dulu takut, yang pernah trauma, dan yang sekarang siap berubah.
Suara lembut musik itu menyusup ke ruang hatinya yang sebelumnya penuh kecemasan. Ketakutannya turun ke angka 5. “Mas, kayaknya aku bisa coba naik bus pelan-pelan...”
Saya tersenyum. “Besok pagi atau minggu depan, pokoknya jangan buru-buru. Tapi ingat, kamu bukan lagi orang yang sama setelah sesi ini.”
TERAPI BUKAN AJANG SULAP, TAPI PROSES YANG MANUSIAWI
Sahabatku, terapi bukan panggung sulap. Tapi panggung kehidupan, di mana seseorang kembali bisa jadi pemeran utama—bukan lagi korban dari rasa takutnya.
Dengan pendekatan NLP, hipnoterapi, mindfulness, dan musik yang menyentuh melalui teknologi seperti suno dot ai, kita bisa menciptakan ruang aman yang baru. Bahkan bagi seseorang yang selama bertahun-tahun tak berani menyentuh gagang pintu bus.
Dan ya, ini baru permulaan. Satu sesi bukan akhir dari segalanya, tapi jadi titik balik untuk mengurai ketakutan di sesi-sesi berikutnya.
Jadi, kalau kamu kenal seseorang yang masih takut naik kendaraan umum, takut terjebak dalam ruang tertutup, atau bahkan takut menghadapi perasaan sendiri—ingatkan bahwa ada lagu, ada napas, dan ada pelukan kecil yang bisa mengubah semuanya.
Kalau kamu sendiri yang merasa begitu, tenang… Mungkin kamu hanya perlu diajak ngobrol, pelan-pelan, sambil dengerin lagu yang pas. Dan siapa tahu, besok kamu bukan cuma naik bus… tapi duduk di samping jendela sambil nyanyi kecil:
“Aku aman… dalam langkahku
Tak lagi takut… aku pulang padaku”
atau ikut sesi Prompting for Healing
Wkwkwk...
Selamat naik bus ya! 🚍✨
ini lho linknya; https://bit.ly/Prompt4Heal
Tabik
-dewahipnotis-
AI Enthusiast