NaZaMWZcMGZ8LGZ7MGxaNGtaLDcsynIkynwbzD1c

Kenyataan vs Keyakinan

BLANTERLANDINGv101
3034015059065731839

Kenyataan vs Keyakinan

17/09/24


"Adik, sini Mama minta pisaunya. Anak kecil nggak boleh mainan pisau. Bahaya!"

Dan alih-alih memberikan pisau, si kecil justru menjauh sambil tetap membawa pisau tadi. 


Sahabatku yang berbahagia, pernahkah suatu saat Anda mengalami fragmen kecil di atas? Atau setidaknya melihat fragmen tersebut terjadi?


Apa yang Anda lakukan selanjutnya untuk mengambil pisau tersebut? Tentu tidak dengan merebutnya, karena justru bisa berakibat fatal. 


Saya yakin, ada di antara Anda yang mampu mengatasi hal kecil yang kadang bisa jadi rumit ini. Mungkin Anda akan mengganti salah satu katanya, menjadi: "Adik, sini Mama *pinjam* pisaunya. Anak kecil nggak boleh mainan pisau. Bahaya!" Ada perubahan kecil di sini, yaitu kata 'minta' diganti dengan 'pinjam'. Anehnya, biasanya si kecil nurut dengan perubahan sederhana ini. 


Sahabatku yang berbahagia, fenomena di atas menunjukkan bagaimana pergantian kata bisa mengubah perilaku seseorang. Menurut Anda apakah perubahan perilaku pada adik kecil di atas disertai dengan perubahan keyakinannya? Mari kita bedah bersama. 


- Orang tua meminta pisau karena punya keyakinan itu benda berbahaya. Apakah adik kecil punya keyakinan sama? Tentu tidak! Semua benda adalah mainan bagi dirinya, kecuali sudah melukainya. 

- Ketika ada yang meminta, maka dalam keyakinan adik kecil, benda itu tidak akan dikembalikan. Meskipun dikasih peringatan 'bahaya', maka permintaan orang tuanya tidak akan dituruti. 

- Frasa meminjam memiliki efek berbeda, karena dalam keyakinan adik kecil, nanti benda yang sedang dia mainkan itu akan dikembalikan. 

- Dari penjelasan di atas, bisa kita simpulkan bahwa adik kecil sebenarnya tidak peduli apakah benda itu bahaya atau tidak. Perubahan perilakunya, yaitu memberikan pisau kepada mamanya, bukan karena takut akan terluka. Dia mau memberikan, lebih tepatnya merasa meminjamkan, dengan harapan nanti akan mendapatkan kembali mainannya tadi. 

---


Sahabatku yang berbahagia, selama ini sering terjadi salah kaprah dalam pembelajaran hipnosis, NLP atau pemberdayaan diri yang lain. Beberapa pihak mengajarkan Belief Change Technique dengan keliru. Mereka yakin bahwa keyakinan seseorang bisa diubah, dan atau perlu diubah. 


Sebelum lebih jauh membahas hal ini, mari kita samakan dulu pemahaman tentang keyakinan dan kenyataan. Menurut saya kedua istilah itu memiliki kata kunci yang sama, yaitu 'nyata'.


Kenyataan adalah sesuatu yang nyata di sekitar kita. Sementara keyakinan adalah sesuatu yang juga 'nyata' di pikiran seseorang. Jika keyakinan itu sesuatu yang nyata, meskipun hanya di pikiran seseorang, maka mustahil bagi orang lain untuk mengubahnya. Terus, apa manfaat belajar hipnosis dong jika demikian?


Tenang Kawan, mari kita cek lagi apa ranah intervensi hipnosis? Seingat saya sih masih pada urusan 3 P+1, yaitu pikiran, perasaan, perilaku dan psikosomatis. Salah satu guru saya pernah berpesan, "Har, jangan kau coba-coba untuk mengubah keyakinan klien. Selain melelahkan, juga tidak mungkin!"


Setelah saya pahami pesan ini baik-baik, ternyata guru saya tersebut benar adanya. Ternyata kita memang tidak perlu mengubah keyakinan klien kita. Yang perlu diubah adalah perilakunya. 


Saya berikan satu contoh lagi. Ini bukan sekedar fragmen. Ini nyata. Beberapa tahun yang lalu, salah satu peserta training saya langsung take action begitu selesai kelas. Training dilakukan Sabtu Minggu, Senin Dia langsung praktik. Dia adalah komandan sekuriti di sebuah pabrik. Beberapa anak buahnya dikumpulkan saat break siang. Dengan otoritas sebagai komandan, maka banyak anak buah yang terhipnosis. Salah satunya adalah lady security. Setelah berhasil membawa suyet ke kondisi trance, kemudian nama suyet diubah menjadi Sukarno. Dan berhasil. 


Karena merasa ilmu hipnosisnya ampuh, muncul keisengan komandan sekuriti ini. Dia berikan sugesti nakal. "Setelah ini, dalam hitungan ketiga, kamu akan memeluk aku" 


Boro-boro menuruti sugesti 'nakal' tadi, suyet kontan membuka mata sambil berteriak, "Nggak mauuu!"


Minggu berikutnya sang komandan menemui saya untuk mendiskusikan situasi tersebut. 


Sahabatku yang berbahagia, mungkin ada di antara Anda yang tahu alasan gagalnya sugesti nakal sang komandan. Betul, sugesti itu bertentangan dengan keyakinan suyet. Sebagai orang Timur, yang memiliki keyakinan untuk tidak mudah memeluk lawan jenis, maka sugesti itu menjadi lemah, bahkan tidak ampuh. 


Jadi, apakah mungkin kita memberi sugesti semacam itu, yang bisa dituruti? Bisa dicoba strategi satu ini. 


Bagaimana jika sugestinya seperti ini? "Bayangkan Anda sekarang sedang berada di kuburan hanya berdua dengan saya. Dan tetiba saja semua penghuni kuburan keluar dari liang lahat. Ada pocong, tengkorak dan mahkluk jejadian lain yang menyeramkan." Anda tambahkan pula auditori horor. "Aaaaauuuuu uuuuuuuan"


Kira-kira bagaimana respon suyet? Bisa kabur sih. Tapi bisa juga langsung mencari perlindungan, dengan cara? Memeluk kita! 

Pertanyaannya adalah, apakah saat suyet memeluk kita keyakinannya berubah? Saya yakin tidak. Saat itu dia bergerak berdasarkan keyakinan lain, yaitu mencari perlindungan. 

Jadi Sahabatku, saya akan ulangi pesan guru saya di atas. "Jangan coba-coba untuk mengubah keyakinan orang lain. Selain melelahkan, juga tidak mungkin!"

Saya tambahkan pesan saya. Gunakan saja keyakinan lain, yang bisa mengubah perilakunya sesuai dengan kebutuhan kita. 

Semoga bermanfaat,


Tabik

-dewahipnotis-

www.thecafetherapy.com

BLANTERLANDINGv101
Formulir Kontak Whatsapp×
Data Anda
Data Lainnya
Kirim Sekarang