Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, Sahabatku. Apa kabar Anda di hari Jum'at penuh berkah ini?
Semoga kita senantiasa beroleh keberkahan, keselamatan, cinta kasih Allah di dunia dan akhirat. Aamiin.
Mungkin ada di antara Anda yang bertanya-tanya, kenapa saya senang membuka tulisan dengan ucapan doa di atas. Dan mungkin juga ada di antara Anda yang tidak ngeh, bahwa itu adalah makna dari assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Doa itu merupakan doa sepenuh cinta yang mestinya sering kita ucapkan kepada sesama. Doa itu juga merupakan doa para malaikat kepada para penghuni surga. Bahasa kerennya doa loving kindness.
Nah, membahas mengenai cinta. Pagi ini saya mengikuti kajian sufistik melalui gawai saya mengenai cinta sejati. Saya akan tulis ulang untuk Anda.
Syekh Abdul Qadir Jailani, seorang sufi besar, menyampaikan pesan yang sangat mendalam tentang cinta dan penghambaan. Menurutnya, jika seseorang masih menaruh rasa takut dan harapannya pada manusia, maka ia telah menjadikan manusia sebagai "tuhannya." Ini adalah bentuk memperbudak diri pada makhluk yang fana. Dalam perspektif spiritual, hal ini menunjukkan bahwa manusia yang terlalu bergantung pada sesamanya, mengharapkan pujian atau takut akan celaan mereka, telah terperangkap dalam penghambaan kepada sesuatu yang tidak kekal.
Begitu pula, ketika hati kita tertuju pada dunia—pada harta, kedudukan, atau kenikmatan duniawi—kita juga telah menjadikan dunia sebagai "tuhan" kita. Syekh Abdul Qadir Jailani mengingatkan bahwa dunia ini fana dan tidak abadi. Segala hal yang kita kejar dan cintai di dunia pada akhirnya akan hilang. Seperti firman Allah dalam Surah Al-Hadid ayat 20:
"Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan senda gurau, perhiasan dan bermegah-megahan antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu."
'Menjadi Hamba Dunia atau Hamba Allah'
Manusia yang menjadikan dunia sebagai pusat kehidupannya, secara tidak sadar telah memperbudak dirinya. Mereka menjadi budak dari ambisi, kekhawatiran akan kehilangan, dan obsesi terhadap hal-hal material yang sifatnya sementara. Namun, Syekh Abdul Qadir Jailani mengajarkan bahwa cinta yang abadi hanya terletak pada cinta seorang hamba kepada Allah. Segala sesuatu di dunia ini akan berlalu, namun Allah adalah Dzat yang kekal.
Firman Allah dalam Surah Al-Baqarah ayat 286 menegaskan bahwa hanya Allah yang patut kita harapkan dan takutkan:
"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa): 'Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Maafkanlah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami menghadapi orang-orang kafir.'"
Dalam ayat ini, Allah menunjukkan betapa Dia adalah satu-satunya tempat pengharapan, tempat kita berlindung dan memohon pertolongan.
'Cinta Sejati Tidak Akan Pergi'
Syekh Abdul Qadir Jailani juga mengajarkan bahwa seorang pencinta sejati tidak akan meninggalkan kekasihnya, baik di saat suka maupun derita. Ini adalah pelajaran tentang ketulusan dan keikhlasan cinta kepada Allah. Cinta sejati adalah cinta yang tidak tergantung pada keadaan, cinta yang tetap ada di saat ujian dan cobaan melanda.
Dalam Surah Al-Baqarah ayat 165, Allah berfirman tentang kecintaan kepada-Nya:
"Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Ada pun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal)."
Cinta kepada Allah adalah cinta yang paling tinggi, yang tidak tertandingi oleh cinta kepada makhluk atau dunia. Orang yang mencintai Allah akan selalu bersama-Nya, bahkan di tengah cobaan dan penderitaan, karena dia tahu bahwa semua yang terjadi adalah bagian dari rencana Allah yang Maha Pengasih.
Jadi Sahabatku, kesimpulannya adalah Syekh Abdul Qadir Jailani mengingatkan kita untuk memurnikan cinta dan penghambaan hanya kepada Allah. Jangan sampai kita menjadikan manusia atau dunia sebagai "tuhan" yang kita harapkan dan takuti, karena mereka adalah makhluk yang fana. Cinta sejati hanya terletak pada Allah, yang kekal dan abadi. Mari kita belajar mencintai Allah dengan tulus, dan menjaga hubungan kita dengan-Nya, baik dalam suka maupun derita. Sebab, hanya Allah yang layak menjadi satu-satunya tujuan dan harapan dalam kehidupan kita.
Semoga bermanfaat
Tabik
-dewahipnotis-
www.thecafetherapy.com