NaZaMWZcMGZ8LGZ7MGxaNGtaLDcsynIkynwbzD1c

Saiki, Ning Kene, Ngene, Aku Gelem

BLANTERLANDINGv101
3034015059065731839

Saiki, Ning Kene, Ngene, Aku Gelem

18/05/24

Mindfulness atau kesadaran penuh telah menjadi topik populer dalam psikologi dan pengembangan diri. Harvard Business Scholl menuliskan bahwa komponen mindfulness ada 2, yaitu *Focus & Aware.* 

Dalam terjemahan bebas bahasa Indonesia, saya lebih suka menyebutnya sebagai *Hadir Utuh Sadar Penuh (HUSP)*. 

Orang Jawa menyebutnya *Eling lan Waspodo.*

Dalam konteks budaya Jawa, konsep mindfulness dapat dihubungkan dengan prinsip-prinsip "Kawruh Jiwa" (Ki Ageng Suryomentaram), yang mengajarkan tentang kesadaran diri dan pemahaman mendalam tentang jiwa. Salah satu ajaran utama dalam Kawruh Jiwa adalah "Saiki, Ning Kene, Ngene, Aku Gelem", yang jika diterjemahkan secara bebas berarti "Saat ini, Di sini, Seperti ini, Aku Mau".

Saiki (Saat Ini)
"Saiki" mengajarkan kita untuk hidup dalam momen saat ini. Filosofi ini menekankan pentingnya tidak terjebak dalam penyesalan masa lalu atau kecemasan akan masa depan. Dalam mindfulness, hal ini selaras dengan prinsip untuk fokus pada apa yang sedang terjadi sekarang, dengan penuh perhatian dan kesadaran. Kata kuncinya adalah Hadir Utuh, Sadar Penuh. 

Melalui praktik ini, kita belajar untuk menghargai setiap momen, baik itu positif maupun negatif, dan menerima setiap pengalaman apa adanya.

Ning Kene (Di Sini)
"Ning Kene" mengarahkan perhatian kita untuk berada di tempat di mana kita berada saat ini. Ini berarti menghadirkan seluruh indera kita ke lingkungan sekitar dan aktivitas yang sedang kita lakukan. 

Dalam konteks mindfulness, ini adalah latihan untuk tetap terhubung dengan tempat kita berada, merasakan dan menyadari sepenuhnya keberadaan kita. Dengan demikian, kita mampu mengurangi pikiran yang melayang ke tempat lain dan lebih hadir dalam setiap momen.

Ngene (Seperti Ini)
"Ngene" mengajarkan kita untuk menerima kenyataan sebagaimana adanya. Konsep ini mirip dengan prinsip non-judgment dalam mindfulness, yang berarti tidak menghakimi atau menilai situasi dan diri kita sendiri secara berlebihan. 

Dengan menerima segala sesuatu "seperti ini", kita belajar untuk tidak melawan kenyataan, melainkan menerimanya dengan lapang dada. Ini membantu kita mengurangi stres dan ketegangan yang timbul dari keinginan untuk mengubah hal-hal yang berada di luar kendali kita.

Aku Gelem (Aku Mau)
"Aku Gelem" mengandung makna kesiapan dan keikhlasan untuk menjalani dan menerima apa pun yang datang dalam hidup. Dalam mindfulness, ini berkaitan dengan sikap keterbukaan dan penerimaan. 

Ketika kita berkata "Aku Gelem", kita menunjukkan komitmen untuk berpartisipasi penuh dalam kehidupan, dengan segala tantangannya. Ini adalah bentuk kesiapan mental dan emosional untuk menghadapi kenyataan dengan ketenangan dan keberanian.

Ajaran Kawruh Jiwa "Saiki, Ning Kene, Ngene, Aku Gelem" memberikan kerangka pikir kaya (Abundance Mentality) dan relevan untuk mempraktikkan mindfulness dalam kehidupan sehari-hari. 

Dengan mengintegrasikan prinsip-prinsip ini, kita dapat mengembangkan kesadaran yang lebih mendalam dan harmonis. Melalui praktik ini, kita tidak hanya mencapai kesejahteraan mental dan emosional, tetapi juga menjalani hidup dengan lebih bermakna dan penuh kesadaran.

Saiki Ma'e wis ning suwargo. Ning kene aku kudu tetep berkontribusi sak jeroning perkembangan ilmu pemberdayaan diri. Ngene iki caraku ngiklaske Ma'e. Mugo-mugo Gusti Pangeran maringi ampunan. Aku gelem.


Peringatan tujuh hari berpulangnya Ma'e 

Tabik
-haridewa- 
The Storyteller Coach (yang sedang berduka)

www.thecafetherapy.com






BLANTERLANDINGv101
Formulir Kontak Whatsapp×
Data Anda
Data Lainnya
Kirim Sekarang