NaZaMWZcMGZ8LGZ7MGxaNGtaLDcsynIkynwbzD1c

'Finite VS Infinite Game'

BLANTERLANDINGv101
3034015059065731839

'Finite VS Infinite Game'

02/05/24
Saya termasuk segelintir pria yang tidak hobi nonton bola. Namun, beberapa malam yang lalu saya 'terjebak' di tengah-tengah ribuan bola mania. Bakda isya seorang sahabat menjemput saya dan mengajak singgah ke pelataran Kantor Gubernur Lampung. Niatnya sih ingin mengajak sahabat satu lagi untuk ngopi-ngopi syantik. 

Rupanya di situ sedang berlangsung acara nobar semi final Piala AFC U23. Di pelataran itu sudah berdiri dengan megah panggung lumayan besar. Tak lengkap meriahnya panggung itu tanpa tata suara dan tata lampu yang ciamik bin menggelegar. 

Di depan panggung sudah tersusun beberapa round table dinaungi tenda pesta. Karpet-karpet lebar juga terhampar di depan panggung. Beberapa stall makanan berbaris rapi di bagian belakang. Tak kurang ada puluhan jenis makanan ringan maupun berat. Tentu disediakan juga beberapa jenis minuman hangat, juga air mineral. 

Setengah jam kami duduk-duduk di meja bundar menikmati kudapan yang terhidang sembari mendengarkan dendangan beberapa lagu dari artis lokal. Masitoh namanya. Beberapa dooprize dari sponsor juga dibagikan sebelum pertandingan dimulai. 

Pukul 9 malam tepat tiga layar ukuran jumbo mulai menayangkan pertandingan semifinal antara kesebelasan Garuda Muda melawan kesebelasan Srigala Putih. Jujur, ini adalah kali pertama saya nonton pertandingan bola. Nobar pula. 

Ralat. Ini adalah kali pertama saya nonton para penonton bola. Saya lebih sibuk mengamati para penonton yang sibuk riuh rendah dengan gayanya masing-masing. Sesekali saya melirik layar paling besar di depan saya. Terlihat sejak menit pertama, Uzbekistan tampak sudah menguasai pertandingan. Tembakan ke gawang Indonesia terus dilesatkan oleh para pemain Uzbekistan. Sampai turun minum skor masih 0-0.

Baru pada menit 61, Indonesia berhasil membuka keunggulan melalui tendangan Muhammad Ferarri tepat di depan penjaga gawang Uzbekistan. 

Dan saya takjub melihat euforia di sekeliling saya. Hampir semua penonton malam tadi berdiri. Tua, muda, pria wanita, serempak bangkit dari duduknya. Kecuali saya. 

Beberapa orang bahkan melonjak kegirangan. Seorang bapak di depan saya yang nonton bersama anak lelaki kecilnya langsung melempar anaknya ke atas, untuk kemudian menyambutnya kembali. 

Seorang pemuda di samping kanan saya tetiba saja menabuh snare drum. Duk Duk Duk Duk. Dilanjutkan dengan teriakan in do ne sya. Teriakan itu langsung ditingkahi suara koor penonton. IN DO NE SYA!!! 

Merinding saya menyaksikan fenomena psikologis yang berlangsung hampir selama 5 menit ini. Namun kegembiraan berjamaah ini mesti sirna dengan cepat ketika wasit meninjau tayangan VAR, dan menganulir goal tersebut. Wasit menilai proses gol tersebut tidak sah gegara Ramadhan Sananta berada pada posisi offside.

Dengan mengamati gesture awak Garuda Muda saya tahu mereka sangat kecewa dengan keputusan wasit itu. Tekanan para Serigala Putih semakin menjadi saja. Dan benar saja, gol pertama Uzbekistan 
tercipta melalui aksi Khusain Norchaev pada menit 68. Makin terpuruklah mental awak Garuda Muda. 

Ujian bagi timnas kita belum berakhir. Pertandingan kali ini bahkan harus diwarnai kartu merah. Pada menit 84, Kapten Indonesia, Rizky Ridho mesti keluar lapangan setelah terbukti dengan meyakinkan telah menendang selangkangan Jasurbek Jaloliddinov. Jadilah timnas Indonesia harus puas bermain dengan 10 player. 

Ibarat sudah jatuh, tertimpa tangga pula. Dua menit setelah sang kapten dikeluarkan dari lapangan terjadi gol bunuh diri Pratama Arhan. Pertandingan berakhir dengan posisi 2-0 untuk pasukan Serigala Putih. 
---

Sahabatku, saya tidak sedang ingin mengulas pertandingan kemarin malam. Meskipun banyak tanda-tanda ketidakadilan wasit yang cenderung memihak tim Uzbekistan, namun saya bisa menikmati suasana malam itu. Bukan, bukan pertandingannya yang saya nikmati, melainkan perilaku para penontonnya. 

Luapan emosi gembira ketika terjadi goal untuk Timnas Indonesia. Gemuruh huuuuu tanda kecewa ketika gol dibatalkan. Teriakan penyemangat diiringi tabuhan snare drum ketika tim Indonesia mendesak lawan. Juga gebrakan meja ketika gol kita dibobol lawan. Semua kondisi emosi tadi bersicepat naik turun laksana roller coaster selama pertandingan berlangsung. 

Nyaris semua penonton mengeluarkan emosi-emosi tersebut bergantian, sesuai dengan situasi dan kondisinya. Seolah hidup dan kehidupan mereka ditentukan oleh hasil pertandingan tersebut. 

Padahal James Carse dalam bukunya "Finite and Infinite Games" menjelaskan bahwa pada dasarnya terdapat 2 jenis permainan di dunia ini. 

1. Finite game adalah permainan dengan aturan yang tetap dan tujuan yang jelas. Game ini biasanya memiliki awal dan akhir yang ditentukan, serta pemenang dan pecundang yang jelas. 

Salah satu contohnya adalah sepak bola yang malam itu saya amati telah mengalami banyak perubahan aturan dan tools. Baru kemarin malam saya tahu ada fasilitas VAR (Video Assistant Referee). Juga kaget ketika melihat pelatih mendapatkan kartu kuning. Pengetahuan saya tentang sepakbola memang mentok hanya dari pelajaran kesehatan dan jasmani ketika SMP dulu. 

2. Infinite game adalah permainan yang tidak memiliki batas waktu atau tujuan akhir yang tetap. Game ini cenderung berbicara mengenai proses atau perjalanan, bukan tentang mencapai hasil tertentu. 

Contoh dari permainan tak berujung ini adalah bisnis atau hubungan antarmanusia. 

Jika untuk sesuatu yang memiliki aturan jelas, ada jangka waktu tertentu seperti sepakbola saja seseorang bisa mengoptimalkan semua emosinya seperti suasana yang saya amati malam itu, mestinya untuk bisnis, untuk relationship, untuk kehidupan kita seutuhnya, kita juga mampu melakukan Emotion Optimation semacam itu. 

Dalam buku ini Carse menguatkan konsep 'think win-win'nya Stephen Covey bahwa menjalankan bisnis bukan sekedar mendapatkan kemenangan dari konsumen atau mitra bisnis. Jangka waktunya juga bisa sangat panjang. Prinsip infinite game adalah win-win solution. 

Carse juga menegaskan bahwa hidup ini bukan sekedar menang atau kalah. Bahwa hubungan keluarga juga tidak melulu urusan pertandingan kepentingan antar anggota keluarga dalam kurun waktu tertentu. 

Carse mengeksplorasi bagaimana pandangan kita terhadap kehidupan dan interaksi kita dapat dipengaruhi oleh perspektif permainan yang kita adopsi. Ia menunjukkan bagaimana melihat hidup sebagai 'permainan tak berujung' bisa mengubah cara kita berinteraksi dengan dunia di sekitar kita.

Bisnis, relationship, kehidupan tidak punya aturan baku. Infinite game tidak mencari tujuan untuk menjadi nomor satu. Lawan kita adalah diri sendiri. Bagaimana hari ini bisa lebih baik dari kemarin adalah inti dari konsep infinite game. 

Maka Sahabatku, kita boleh masih merasa kecewa atau euforia atas pertandingan Garuda Muda melawan Serigala Putih beberapa malam yang lalu. Namun segeralah move up. Ingat pertandingan itu hanyalah sebuah finite game. 

Mari berfokus pada infinite game yang nyata terhidang di depan kita. Apakah relationship kita, bisnis kita, kehidupan kita sudah kita buatkan aturan yang memberdayakan. Apakah kita sudah menentukan dead line untuk urusan kebahagiaan kita, sebelum line kita benar-benar dead?

Dan mari kita berdoa semoga Garuda Muda bisa mencapai posisi 3. 

Tabik
-haridewa- 
The Storyteller Coach 

BLANTERLANDINGv101
Formulir Kontak Whatsapp×
Data Anda
Data Lainnya
Kirim Sekarang