NaZaMWZcMGZ8LGZ7MGxaNGtaLDcsynIkynwbzD1c

Makhluk Sok-sial

BLANTERLANDINGv101
3034015059065731839

Makhluk Sok-sial

24/04/24

Homo homini socius. Man is a companion to man. Manusia adalah makhluk sosial. Konsep ini menggambarkan bahwa manusia secara alami cenderung hidup dalam sebuah komunitas. Mereka bergantung satu sama lain untuk keberhasilan dan kebahagiaan mereka. 

Konsep ini juga menunjukkan bahwa manusia memiliki kebutuhan akan kedekatan satu sama lain. Maka kehidupan sosial merupakan bagian penting dari keberadaan manusia. 

Dengan demikian, konsep ini merangkul ide bahwa manusia memiliki tanggung jawab untuk mendukung dan membangun komunitas yang berkelanjutan dan harmonis.

Sahabatku, saya yakin Anda sudah pernah mendengar istilah di atas. Dan saya juga yakin sebagian dari Anda sependapat dengannya. Sementara sebagian lain bahkan tidak peduli dengan istilah tersebut. 

Saya pribadi memilih untuk berpegang pada sebuah prinsip. Meskipun menjadi makhluk sosial, jangan sampai kita menjadi sok-sial. Makhluk sok-sial adalah mereka yang ingin selalu menyenangkan semua pihak. Pada kenyataannya itu adalah hil yang mustahal. 

Kita tidak akan mampu menyenangkan semua orang. Oleh karenanya, cukup kita memperbaiki hubungan kita dengan Allah. Jangan terlalu peduli dengan penilaian orang lain. Salah satu penghambat kita melakukan kebaikan dan kebenaran adalah penilaian orang lain. 

Sah sah sahaja menjadikan pendapat orang lain sebagai salah satu tolok ukur berbuat kebaikan. Namun hal ini tidak boleh dijadikan sebagai pondasi utama, melebihi ridho Allah. Melebihi norma kebaikan dan kebenaran itu sendiri. 

Kalau meminjam istilah kebutuhan, jadikan pandangan manusia ini sebagai variabel tersier. Bukan primer. Atau sekunder. Skala tersier itu, dipakai boleh. Tidak digunakan juga tak apa. 

Derajatnya hanya sebatas kepantasan saja. Alhamdulillah jika kebaikan dan kebenaran yang kita lakukan mendapatkan apresiasi dari orang lain. Namun jangan juga mundur ketika kebaikan dan kebenaran yang kita gaungkan justru menuai kebencian orang lain. Kita cukup berfokus pada ridho Allah. Pada hubungan baik kita kepada Sang Khalik. 

Kalau pesan guru saya, kita tidak bisa membeli surga dengan ibadah seberapa pun besar dan mahalnya. Kita masuk surga semata karena rahmat Allah yang melimpah. Oleh karena itu, janganlah merasa sombong dengan kebaikan yang kita lakukan. Jadikanlah kebaikan itu sebagai tanda syukur atas nikmat Allah yang tak terhingga.

Dengan cara ini maka kita akan berfokus untuk berbuat kebaikan. Tak peduli omongan orang. Kita juga akan menghindari perbuatan maksiat. Ketakutan itu bukanlah terhadap siksaan neraka semata, tetapi lebih pada potensi maksiat yang bisa memisahkan kita dari kasih sayang Allah. Hindarilah perbuatan maksiat karena cinta kita kepada Allah yang tidak tergantikan dengan apa pun di dunia ini. Bukan juga karena mengharap pujian dari orang lain. 

Semoga bermanfaat 

Tabik
-haridewa- 
The Storyteller Coach 


BLANTERLANDINGv101
Formulir Kontak Whatsapp×
Data Anda
Data Lainnya
Kirim Sekarang