NaZaMWZcMGZ8LGZ7MGxaNGtaLDcsynIkynwbzD1c

Ma'e Caper Part 2

BLANTERLANDINGv101
3034015059065731839

Ma'e Caper Part 2

05/04/24

Seminggu menemani Ma'e di RS, semakin jelas terlihat perubahan perilaku Ma'e. Selain urusan suhu ruangan. Kadang minta diselimuti. Kadang minta AC dimatikan. Ma'e juga tidak mau ditinggal sedetik pun. Ke kamar mandi, buka puasa, sahur, jum'atan, akan dicarinya. Perlu penjelasan agak panjang jika ingin beranjak dari sampingnya.  

Bahkan, selepas operasi itu saya tidak diizinkan pulang, sementara adik dan kakak saya boleh bergantian menemaninya. Perilakunya sangat mirip dengan anak kecil. Dalam dunia terapi, fenomena ini dikenal dengan istilah inner child syndrome. 

Sebagai terapis, saya sangat paham fenomena semacam ini. Maka, meskipun saya anaknya, saya mesti melakukan proses reparenting kepada Ma'e. Saya turuti keinginannya. Saya penuhi kebutuhannya. Saya suapi makan dan minumnya. Saya potong kuku tangan dan kakinya. Saya ikat rambutnya ke atas agar tidak menggangu tidurnya. Hanya untuk mandi, saya minta tolong perawat, atau saat kakak dan adik perempuan menjenguk. 

Mungkin karena saya adalah anaknya yang paling jauh jaraknya dari rumah, maka rutinitas perjumpaan kami relatif lebih kecil dibanding saudara saya yang lain. Bisa jadi hal ini memicu pikiran bawah sadar Ma'e yang kemudian menuntut agar saya lebih banyak menemaninya di saat fisiknya tertimpa gangguan. 

Maka, meskipun Ma'e caper, saya berikan perhatian yang dibutuhkannya. 

Satu minggu setelah operasi, akhirnya Ma'e diizinkan pulang. Setelah memastikan kondisi kesehatannya membaik dengan signifikan, saya baru pulang ke Bogor. Ma'e sudah bisa bangun sendiri. Sudah bisa pipis mandiri. Alhamdulillah. 

Setiap hari saya menelepon Ma'e untuk mengetahui perkembangan kesehatannya. Dan alhamdulilah, semakin hari fisiknya semakin kuat. Hanya nafsu makannya saja yang belum pulih sepenuhnya. 

Saya berpikir sindrom inner child nya sudah berakhir. Setiap saya telepon, pasti Ma'e bercerita, "Ma'e sudah bisa bangun sendiri. Ma'e sudah bisa pipis dengan lancar lagi. Ma'e sudah bisa jalan sendiri sampai depan"

"Alhamdulillah. Aku seneng dengernya Mak," ujarku menimpali kegembiraan Ma'e. 

"Lha, terus kapan kamu pulang? Ma'e tenang kalau kamu di rumah" 

Waduh, ternyata pikiran Ma'e masih terjebak pada masa lalu. Dia berpikir saya masih satu rumah dengannya, sehingga selalu ditunggu kepulangan saya. 

Saya masih mencoba menjawabnya, "Segera aku pulang Mak. Kan aku kudu nyari duit dulu"

Saya berharap jawaban ini bisa membuat Ma'e tenang. Di luar dugaan, Mae menjawab lagi, "Ma'e gak butuh duit banyak. Ma'e butuh kamu ada di rumah."

Jawaban ini hanya bisa membuat saya berlinang airmata. Karena sudah 20 hari saya meninggalkan Bogor. Dan selama itu saya cancel semua jadwal saya. Dan saya baru saja sampai Bogor lagi untuk menyusun jadwal kegiatan bulan depan, namun ternyata Ma'e masih membutuhkan perhatian saya. 

Maka saya berdoa, dan segera membuat plan kegiatan di seputaran Semarang habis lebaran nanti. Semoga gayung bersambut, dan Allah mengijabah. Aamiin. 
---

Sahabatku, jika boleh saya berpesan. Jangan tunggu orangtua kita sakit baru kita berikan perhatian. Berikanlah perhatian itu setiap saat. Sekarang zaman sudah sangat modern. Teknologi komunikasi juga berkembang dengan pesat. Luangkanlah waktu kita untuk melakukan video call, paling tidak seminggu 2 kali. 

Ingatlah bahwa tanpa mereka, kita tidak akan bisa sampai di titik sekarang ini. Mereka tidak mengharapkan harta kita. Mereka hanya perlu disapa, dan didengarkan ceritanya. 

Jangan sampai mereka caper. Karena akan membuat kita baper. 

Bersambung...

Tabik
-haridewa-
The Storyteller Coach
BLANTERLANDINGv101
Formulir Kontak Whatsapp×
Data Anda
Data Lainnya
Kirim Sekarang