NaZaMWZcMGZ8LGZ7MGxaNGtaLDcsynIkynwbzD1c

Ma'e Caper Part 1

BLANTERLANDINGv101
3034015059065731839

Ma'e Caper Part 1

05/04/24
Ya, Ma'e cari perhatian. 
Alhamdulillah, proses pengangkatan tumor kandungan yang menekan saluran kemih Ma'e berjalan lancar. Bukan hanya tumornya, agar aman rahimnya ikut diangkat juga. 

Beberapa jam setelah dipindahkan ke bangsal perawatan, Ma'e masih menggigil kedinginan. Mungkin efek dari anestesi. Meskipun selimut sudah rangkap, masih ditambah dengan jaket tebal, namun Ma'e masih minta diselimuti. Kami mahfum. 

Sehari, dua hari, tiga hari, kami perhatikan perilaku Ma'e bukan seperti kebiasaannya. Kondisi kesehatannya semakin membaik, namun psikisnya seperti bukan Ma'e. Ma'e aleman sekali. 

Selama puluhan tahun mengelola warung, bisa dikatakan Ma'e termasuk dalam kategori wanita tangguh. Bangun sebelum azan subuh berkumandang, langsung meracik bumbu selepas shalat subuh, dilakukan Ma'e setiap hari. Warung baru tutup jam 10 malam. Tak ada waktu libur, kecuali ada peristiwa maha penting, semisal hajatan anak atau cucunya. Dan tak pernah kudengar keluh kesah sedikit pun keluar dari mulutnya. 

"Kemuli sikile (selimuti kaki Ma'e)"
"Tutupi sirahe (tutuplah kepala Ma'e)"
"Anggokke jakete (pakaikan jaketnya)"

Permintaan seperti ini berulang diucapkan Ma'e kepada kami yang sedang berada di dekatnya. Bahkan terkadang Ma'e hanya menggunakan bahasa isyarat dengan cara menggerakkan kaki, tangan atau kepala yang minta diselimuti itu berulang kali. 

Lalu setelah permintaannya itu kami penuhi, spontan selimut itu dibukanya lagi. Terus diulangi lagi minta diselimuti. 

Suatu kali, saya sedang menunggu Ma'e ditemani adik bungsu. Dan kali ini dia yang sedang sibuk membenahi selimut Ma'e. Iseng saya berbisik kepadanya, "Dibedong aja Rin, biar tangannya gak usil"

"Ojo, mengko Ma'e ora iso obah. (Jangan, nanti Ma'e gak bisa gerak)," jawab Ma'e. 

Oalah, ternyata Ma'e mendengar dan sadar. Kami pun tertawa cekikikan. 
---
Beberapa jam pasca operasi, dosis anestesi mulai hilang. Ma'e mulai merasa kesakitan pada jahitan di perutnya. Berulang kali kami mesti mencegah tangan Ma'e yang berusaha meraba perutnya. Kenapa hal itu kami lakukan?

Karena Ma'e tidak tahu kalau dirinya menjalani operasi pengangkatan tumor beserta rahimnya. Kami memang berpesan kepada tenaga medis yang merawat Ma'e untuk tidak memberikan informasi mengenai tumor dan rencana operasi. 

Gangguan yang dialami Ma'e adalah tidak bisa pipis. Maka, kami membuat narasi bahwa untuk bisa pipis dengan normal, perut Ma'e perlu dibersihkan. 

Namun pada masa perawatan di bangsal kebidanan, akhirnya rahasia itu bocor juga. Dengan banyaknya perawat yang melakukan cek tensi, suhu tubuh, kadar oksigen dalam darah dlsb, ada saja yang kemudian memberi tahu bahwa Ma'e habis dioperasi. 

"Ada keluhan apa lagi Mbah?"
"Perutnya kok perih ya?" 
"Itu hal wajar Mbah. Namanya juga habis operasi, pasti ada perihnya. Gak lama kok"

Malam harinya, sambil meringis menahan sakit Ma'e bertanya, "Le, sopo sing tandatangan operasi. Ma'e kan ora gelem nek dioperasi. (Nak, siapa yang tandatangan persetujuan operasi? Ma'e kan sudah bilang gak mau dioperasi!)"

Meski kaget, saya tenangkan diri. Saya tarik napas dalam. Saya pegang tangan Ma'e terus saya tempelkan ke pipi saya. Saya peluk Ma'e dan menjawab dengan harap-harap cemas. "Aku Mak. Jangan marah ya. Semua ini demi kebaikan Ma'e kok"

Ma'e melepaskan pelukan saya, dan menatap wajah saya lekat-lekat. Saya mainkan mata seperti waktu kecil bermain mata genit, dan mengulangi permintaan saya. "Jangan marah ya Mak"

"Ma'e ora nesu. Tapi perih wetenge. (Ma'e gak marah. Tapi perutnya perih"

Lega rasanya mendengar jawaban Ma'e. Langsung saya memencet tombol memanggil perawat untuk memberikan suntikan anestesi lagi. Agar mengurangi rasa sakit di perut Ma'e. 

Bersambung....


Tabik
-haridewa-
The Storyteller Coach







BLANTERLANDINGv101
Formulir Kontak Whatsapp×
Data Anda
Data Lainnya
Kirim Sekarang