Sahabatku, suasana lebaran masih terasa di sekitar kita. Memang opor dan ketupat sudah tidak terhidang lagi. Namun kue-kue lebaran masih tersedia di ruang tamu kita.
Adalah hal wajar ketika kita menerima tetamu yang datang ke rumah kita dengan gegap gempita. Kan suasananya masih sangat mendukung. Apalagi jika kita juga dijamu dengan sangat luar biasa ketika menjadi tamu. Kebaikan dibalas dengan kebaikan.
Beda urusan ketika dalam perjalanan balik ke home town, mobil kita diseruduk orang lain. Tentu kita tidak terima! Pasti ada keinginan untuk membalas ketidakbaikan yang terjadi. Apakah ini wajar? Wajar saja, ketidakbaikan (baca: kejahatan) dibalas dengan kejahatan pula.
Tapi tunggu dulu! Apakah ini merupakan sebuah kebaikan? Tentu bukan!
Jadi, apa sebaiknya respon kita? Membalas kejahatan dengan kebaikan? Sebagian di antara Anda mungkin sanggup melakukan hal ini. Tapi apakah hal ini juga merupakan sebuah kebaikan? Silakan direnungkan dulu tanya ini.
---
Ketika seseorang berbuat baik kepada kita, naluri manusiawi cenderung untuk membalasnya dengan perbuatan baik pula. Ini bukan hanya tentang menunjukkan rasa terima kasih, tetapi juga tentang menciptakan lingkungan yang penuh dengan kebaikan. Namun, bagaimana jika yang kita hadapi adalah kejahatan?
Tentu, kejahatan tidak bisa disepelekan. Namun, respons terhadap kejahatan tidak selalu semudah itu.
Terkadang, dalam menanggapi kejahatan, kita bisa tergoda untuk membalas dengan kejahatan pula. Ini bisa menjadi sikap yang wajar. Terutama ketika emosi sedang memuncak. Namun, kita perlu ingat bahwa membalas kejahatan dengan kejahatan hanya akan memperburuk situasi. Hal ini hanya akan menimbulkan spiral kekerasan yang tak kunjung berakhir.
Ketika membalas kejahatan dengan kejahatan, kita tidak akan pernah keluar dari lingkaran kekerasan dan dendam. Jika kejahatan dibalas kejahatan, maka kita tidak ada bedanya dengan orang itu.
Namun jika kejahatan dibalas kebaikan, maka tidak ada efek jera untuk pelaku kejahatan. Mereka tidak akan menjadi baik. Artinya, kita hanya mau baik sendiri. Apalagi ketika ditampar pipi kiri diberikan pipi kanan, pelaku akan menjadi semakin meraja lela.
Hal ini bisa dianggap sebagai tindakan naif yang akan dimanfaatkan oleh para pelaku kejahatan untuk melanjutkan perilaku mereka!
Menurut salah satu guru saya, jalan terbaik membalas ketidakbaikan (baca: kejahatan) adalah dengan keadilan.
Dalam menghadapi kejahatan, jadikan prinsip keadilan sebagai pilihan pertama. Keadilan adalah landasan moral yang penting dalam menjaga keseimbangan norma masyarakat.
Anda tentu masih ingat insiden seorang pemudik yang mobilnya disenggol mobil lain ber-plat TNI. Pemudik yang notabene seorang wanita itu tidak membalas menyenggol mobil ber-plat TNI (yang akhirnya ketahuan bahwa itu plat palsu). Dus, dia juga tidak sekedar melupakan insiden tersebut dalam rangka melakukan sebuah kebaikan.
Dia mengambil jalan keadilan. Dia melaporkan insiden tersebut, lengkap dengan bukti video kepada pihak berwajib. Tak berselang lama, oknum penyenggol ditangkap polisi. Selain memberikan efek jera kepada penyenggol, cara ini juga memberikan edukasi keadilan kepada netizen.
So, sahabatku balaslah kebaikan dengan kebaikan. Balaslah kejahatan dengan keadilan.
Semoga berkenan
Tabik
-haridewa-
The Storyteller Coach