NaZaMWZcMGZ8LGZ7MGxaNGtaLDcsynIkynwbzD1c

Murnikan Hati dan Selalu Jaga Kondisi.

BLANTERLANDINGv101
3034015059065731839

Murnikan Hati dan Selalu Jaga Kondisi.

17/03/24

Bulan ramadhan tahun ini merupakan bulan puasa yang sangat tidak biasa bagi saya. Saya memulai hari-hari awal ibadah puasa di sebuah RS, sambil menunggui Ma'e yang terbaring sakit di ruang inap kebidanan. Di sela-sela memenuhi kebutuhan Ma'e, seperti teh hangat manis, membetulkan letak selimut yang kadang tertarik, mengantarkannya ke toilet, atau yang lainnya, saya menghibur diri dengan memainkan gawai. Selain menulis catatan-catatan kecil di G-Keep, saya menikmati candaan para komika melalui kanal YouTube atau terkadang melirik tiktok juga. 

Dengan berkembangnya dunia medsos akhir-akhir ini, maka banyak perusahaan yang mengiklankan produknya ke medsos, terutama di YouTube. Bedanya dengan iklan di layar kaca, iklan di YT bisa kita skip. Dan itulah yang sering dilakukan orang kebanyakan, termasuk saya. Namun pada suatu sore, saat itu Ma'e sedang terlelap, saya melihat tayangan sebuah iklan yang tak mampu saya skip. Apa pasal? Situasi adegan dalam iklan itu sedang saya jalani. 

Seorang pria yang sedang menunggui ibundanya yang terbaring di sebuah RS. Sembari menemani ibundanya, dia tetap melakukan aktivitas hariannya. Dia membuka laptop di samping ranjang ibundanya, dia shalat di situ juga. Dia tertidur di kursi, dengan kepala terkulai di kaki ibundanya. Semua itu saya alami. Karena penasaran, maka saya tonton video iklan itu sampai tuntas. 

Pria itu berangkat ke kantor dari RS, kemudian menjemput anak lelakinya pulang sekolah, mengantar anaknya pulang, dan balik lagi ke RS. Semua aktivitas tersebut dilakukan dengan penuh semangat dan kegembiraan. 
Sempat ditampilkan juga kekhawatiran pria itu ketika mengantarkan ibunya (sepertinya) ke ruang operasi. Dan video itu berakhir bahagia, karena (sepertinya lagi) proses operasi ibunya berhasil. 

Video ini diselingi dengan adegan yang membuat saya meleleh. Ibunda masih dengan posisi berbaring menyerahkan sekaleng susu bergambar beruang sambil berkata kepada anaknya, "Ibu tahu kamu sayang Ibu, tapi kamu juga mesti sayang sama badan kamu." 

Seorang ibu, meskipun dalam kondisi sakit akan selalu memikirkan anaknya. Karena itu juga yang selalu Ma'e lakukan. "Sahur apa tadi, tidurmu gimana, nanti pulang naik apa?"

Anehnya pas berbuka puasa hari itu, saya jadi kepingin minum susu bergambar beruang tadi. 
---

Gangguan kesehatan yang menimpa Ma'e dimulai 2 minggu yang lalu. Saat itu Ma'e pergi melayat besannya ke Sragen. Sepanjang perjalanan Ma'e menahan pipis, dan ujungnya adalah kegagalan mengeluarkan cairan ekskresi yang dalam dunia kedokteran dikenal dengan istilah disurea.  

Ketika diperiksa oleh dokter umum di desa kami, Ma'e dikatakan memiliki gangguan myom. Maka disarankan untuk melanjutkan pemeriksaan ke RS terdekat berjarak 1 jam perjalanan ke arah Temanggung. Setelah dilakukan USG, ditengarai bahwa myom ini sudah bermetastase menjadi tumor dengan ukuran lumayan besar. Dengan pertumbuhan ke dalam maka perut Ma'e tidak terlalu kelihatan buncit, namun akibatnya justru menekan saluran kemih, sehingga terjadilah kondisi disurea tersebut. Di RS itu kemudian dipasang kateter agar Ma'e bisa berkemih. Sekalian selama mondok selama 4 hari, dilakukan observasi lain termasuk tes keganasan (biopsi) tumor. 

Sembari menunggu hasil biopsi, Ma'e kami bawa pulang. Lengkap dengan kateter-nya. Seminggu berlalu, hasil biopsi sudah keluar, dan alhamdulilah tidak ada yang perlu dikhawatirkan dengan keganasannya. Namun masalah belum selesai, karena benjolan di perut Ma'e itu akan selalu mengganggu saluran kemih, jika tidak diangkat. Artinya, seumur hidup Ma'e mesti memakai kateter untuk pipis. Dan ini adalah hal yang paling mengganggu aktivitas Ma'e selama seminggu berada di rumah. 

Dokter kandungan di RS Parakan menyatakan siap mengangkat tumor tersebut dengan lokasi minimal RSUD, karena usia Ma'e sudah di atas 70 tahun. Maka saya minta rujukan untuk melakukan pemeriksaan menyeluruh ke RSUP Kariadi Semarang. Keesokan harinya, kami pun berangkat ke Semarang. Runyamnya, ketika kami menghubungi RS Kariadi, dokter rujukan tersebut sedang cuti selama 90 hari. Jika ingin dirujuk ke dokter pengganti, mesti menunggu keesokan hari lagi, karena hari itu quota sudah penuh. 

Saya dan adik kakak kemudian berembug, jika menunggu besok lagi, dan pulang hari itu, akan sangat melelahkan bagi Ma'e. Kakak saya kemudian menyarankan untuk membawa Ma'e ke RSUD Semarang. Tanpa rujukan maka kami mesti membawa Ma'e ke IGD. Sesampai di IGD, dokter jaga menyatakan bahwa Ma'e tidak bisa dirawat inap, karena tidak memenuhi tingkat kegawatan sesuai prosedur IGD. Dokter tersebut bersedia mengganti kateter yang sudah berusia lebih dari seminggu, dan kemudian Ma'e bisa pulang. 

Kami berpikir, kalau pilihan ini yang dilakukan maka hanya akan memperpanjang penderitaan Ma'e, karena selain masih merasa kurang sehat, juga gangguan dari selang tadi. Entah kenapa saya teringat video susu tadi. Video itu berisi sebuah narasi yang sangat relevan dengan bulan Ramadhan dan juga dengan diri saya yang sedang mengalami kondisi serupa. Dan endingnya membuat saya jadi kepingin membeli susu beruang itu. Tanpa ada paksaan sedikit pun, namun menyentuh pikiran bawah sadar saya. Aha, saya punya ide. 

Saya temui dokter jaga tadi, dan kemudian saya ceritakan kisah Ma'e. 

"Mbak Dokter, boleh saya minta waktunya sejenak? Saya cuma mau cerita saja"
"Silakan Pak. Tapi saya tidak berani janji apa pun ya?"
"Terimakasih Mbak Dokter. Jadi Ma'e saya itu tinggal di desa. Dia hanya lulusan SD, tapi berhasil mendidik 4 orang anaknya sehingga bisa menjadi orang. Kakak saya kerja di kantor Pos Semarang, saya trainer dan terapis, dua adik saya jadi guru di desa kami. Ma'e punya warung makan di desa, dan selama puluhan tahun menabung agar bisa naik haji. Selama itu pula Ma'e tidak pernah menderita sakit serius. 

Alhamdulillah, tahun ini doanya terkabul. In syaa Allah Ma'e akan berangkat ke Tanah Suci bersama Pa'e akhir Mei tahun ini. Di tengah kegembiraannya tersebut rupanya Allah masih memberikan ujian lain. Tetiba saja Ma'e mengalami kondisi seperti ini. 

Menurut dokter di Parakan, satu-satunya solusi adalah melakukan operasi pengangkatan tumor secepatnya, agar proses penyembuhan 'post-op'nya cukup panjang sampai waktu keberangkatan ke Tanah Suci. Saya yakin, sebagai anak dan sebagai muslimah, Mbak Dokter bisa merasakan kegundahan hati saya kan? Nah, saya juga yakin Mbak Dokter bisa membantu kami kan?"

Dokter tadi berpikir sejenak, kemudian berkata dengan hati-hati, "Begini ya Pak, sebenarnya kasus ibu Bapak ini belum bisa kami kategorikan darurat, namun saya akan coba bantu Bapak. Bolehkah kami minta data-data kesehatan ibu?"

Saya serahkan semua informasi, baik hasil USG, hasil lab, maupun biopsi. Beberapa menit kemudian saya dipanggil lagi. "Begini Bapak, kami akan memberikan pertolongan maksimal, tapi sekali lagi saya tidak berani berjanji apa pun. Besok ada jadwal dokter kandungan, maka malam ini ibu akan saya rekomendasikan untuk rawat inap. Apa pun hasil pemeriksaan besok, kami tidak berani berjanji apa pun. Bagaimana?"

"Mewakili keluarga, saya ucapkan terimakasih sebesar-besarnya Mbak Dokter. Bantuan ini sudah lebih dari cukup. Matur sembah nuwun," ujar saya sambil berkali-kali membungkukkan badan. 

Jumat pagi dokter kandungan melakukan visit. Beliau memakai batik lengan panjang dengan warna dominan hijau elegan, dan berpeci. Setelah melakukan USG, saya temui dokter tersebut dan menceritakan narasi yang sama. Mendengar cerita saya, dokter tadi langsung berkata, "Ok, kita mesti segera lakukan operasi. Paling juga 2 minggu pemulihan nanti ibu sudah akan sehat lagi. Jadi in syaa Allah bulan Mei sudah bisa berangkat haji" 
"Allahu Akbar!" pekikku dalam hati. 

Dengan sigap dokter tersebut melakukan koordinasi, memerintahkan staf bagian obstetrics gynaecology beserta beberapa dokter koas untuk segera bergerak. Pemeriksaan torax, rekam jantung, tensi, gula darah dll langsung dilakukan. Dan tadi pagi, beliau mengabarkan bahwa operasi akan dilakukan hari Senin tanggal 18 Maret 2024 jam 9 pagi. Masya Allah. Allahu Akbar. Mohon doanya ya Kawan. 
---

Sahabatku yang berbahagia, tahukah Anda betapa pentingnya sebuah narasi dalam hidup ini. Dan setiap hari kita akan selalu menemukan narasi tadi, sadar ataupun tidak. Itulah kenapa saya sangat suka dengan cerita, dan saya juga sangat suka bercerita. 

Saya masih ingat kisah kancil mencuri timun yang diceritakan oleh guru SD saya. Dan sampai sekarang saya juga masih memegang teguh pesan moral dari cerita tersebut. Mencuri adalah perbuatan tercela yang bisa mencelakakan diri kita. 

Orang bisa menolak pesan atau perintah langsung atau sugesti, karena perintah semacam itu memiliki karakter menantang reaksi pikiran sadar, tetapi orang tidak bisa menolak cerita. 

Orang akan menerima cerita yang disampaikan kepadanya, dan pada saat yang sama ia menerima semua pesan tersirat yang menyentuh pikiran bawah sadarnya.
Karena cerita menyampaikan pelajaran secara tidak langsung, maka ia tidak memancing reaksi pikiran sadar. 

Cerita tidak mengundang pikiran sadar untuk campur tangan, tidak memancing penolakan pikiran sadar, tidak memancing respons kritis pikiran sadar. Dengan demikian setiap perintah akan diterima dalam cara yang nyaman oleh penerima pesan tanpa ia merasa terdikte untuk menjalankan perintah apa pun yang disampaikan. Cerita adalah jenis perintah yang sangat licin. Ia tidak bisa dijangkau oleh pikiran sadar dan hanya bisa diterima oleh pikiran bawah sadar.

Video iklan susu beruang dan cerita saya di atas telah membuktikan bahwa storytelling itu penting. 

Semoga bermanfaat

Tabik
 
-haridewa-
The Storyteller Coach
 




BLANTERLANDINGv101
Formulir Kontak Whatsapp×
Data Anda
Data Lainnya
Kirim Sekarang