Kenyataan hidup seringkali tidak seindah yang kita harapkan. Tidak jarang, seseorang merasakan penderitaan bukan semata-mata karena situasi atau kejadian yang terjadi, melainkan karena sulitnya menerima kenyataan itu sendiri. Dalam perjalanan hidup, muncul berbagai tantangan, kegagalan, dan kehilangan yang bisa menjadi pemicu stres dan penderitaan emosional.
Salah satu penyebab utama penderitaan emosional adalah resistensi terhadap kenyataan. Ketika seseorang tidak mampu atau enggan menerima fakta bahwa hidup tidak selalu sesuai dengan rencana atau harapan, muncullah rasa kecewa, frustrasi, dan kebingungan.
Contoh sederhana sahaja, suatu pagi Anda kejatuhan potongan genteng sehingga kepala Anda benjol. Kontan Anda marah-marah dan tidak terima dengan kecelakaan kecil tersebut. Anda menyalahkan tukang, angin, keadaan, bahkan mungkin menyalakan tuhan. Sebenarnya kondisi seperti ini jadi lucu bagi saya. Bagaimana Anda tidak terima, wong tanda terimanya jelas ada di kepala Anda? Hehehe
Menolak kenyataan hanya memperpanjang penderitaan, sebab hal tersebut membuat seseorang terjebak dalam lingkaran ketidakbahagiaan.
Sahabatku, penting untuk memahami bahwa menerima kenyataan bukan berarti menyerah begitu saja. Sebaliknya, itu merupakan langkah pertama untuk mengatasi situasi dan membangun ketangguhan mental. Saat seseorang mampu mengakui dan memahami realitas hidup, ia memiliki landasan kuat untuk mengambil langkah-langkah positif menuju pemulihan dan pertumbuhan pribadi. Bahasa kerennya adalah acceptance.
Salah satu cara untuk membantu diri sendiri menerima kenyataan adalah dengan mempraktikkan mindfulness atau kesadaran diri. Dengan berfokus pada saat ini dan menerima segala emosi dan pikiran tanpa penilaian, seseorang akan mampu meredakan tekanan mental yang berasal dari ketidaksetujuan terhadap kenyataan. Melalui latihan ini, seseorang bisa membangun keterampilan untuk tetap tenang dan terpusat dalam menghadapi tantangan hidup.
Selain itu, membangun dukungan sosial juga menjadi kunci penting dalam proses menerima kenyataan. Berbicara dengan teman, keluarga, atau bahkan seorang profesional kesehatan mental akan memberikan perspektif baru dan bantuan praktis dalam mengatasi kesulitan. Terkadang, berbagi beban dengan orang lain bisa memberikan rasa pemahaman dan dukungan yang sangat diperlukan.
Jika suatu saat kenyataan tidak sesuai dengan keinginan Anda, ingatlah quote ini:
'Seseorang menderita bukan karena sebuah kenyataan, tapi karena tidak bisa menerima kenyataan.' Ituh!
Tabik
-haridewa-