Bangga, deg-degan, harap-harap cemas campur aduk menjadi satu ketika beberapa hari yang lalu saya diminta untuk mengisi sesi motivasi kepada puluhan peserta Post Assessment Center Direktur Intelkam Polda seluruh Indonesia.
Saya persiapkan materi The Power of Enthusiasm, karena saya yakin hal ini pasti dibutuhkan oleh mereka. Saya berdandan rapi, memakai jas, lengkap dengan topi fedora saya. Rambut saya kuncir ekor kuda.
Jujur saja saya merasa gamang mendapatkan kepercayaan di institusi yang baru-baru ini digoncang oleh sebuah peristiwa nasional yang lumayan menguras perhatian publik. Untunglah peserta post assessment ini rerata berusia setara dengan saya, dan kebetulan ada beberapa anggota yang sudah saya kenal sebelumnya, sehingga nama-nama tadi bisa saya manfaatkan untuk melakukan building rapport.
Setelah melakukan opening magic dengan elegan, salah satu peserta justru minta saya untuk membuka ikatan ekor kuda saya. Ini pertanda baik. Kehadiran saya diterima dengan baik. Maka fenomena H2C yang saya alami pun lewat sudah. Dengan antusias, saya berbagi tips agar mereka tetap antusias ketika menjalankan tugas.
Inti dari materi yang saya sampaikan adalah mengenai pengelolaan stress dalam bertugas.
Selye Hans adalah ilmuwan yang pertama kali mengembangkan konsep stres sebagai respon fisiologis terhadap berbagai tekanan atau tantangan.
Salah satu publikasi paling terkenalnya adalah artikel ilmiah berjudul "A Syndrome Produced by Diverse Nocuous Agents" yang diterbitkan di jurnal Nature pada tahun 1936.
Selye Hans kemudian mengembangkan konsep stres lebih lanjut dalam karya-karyanya yang lebih mendalam dan ilmiah. Ia juga menguraikan teori stresnya dalam bukunya yang berjudul "The Stress of Life" yang pertama kali diterbitkan pada tahun 1956.
Dalam buku ini, ia menjelaskan tentang konsep stres, dampaknya pada tubuh, serta cara mengelolanya. Dia juga memperkenalkan beberapa zona pikiran berdasarkan tekanan yang dialami manusia.
- Zona Kecemasan (Anxiety Zone): Ini adalah rentang di mana seseorang merasa cemas atau khawatir. Di dalam zona kecemasan, tingkat stres atau tekanan bisa menjadi terlalu tinggi sehingga bisa mengganggu kinerja atau kesejahteraan seseorang. Di zona ini manusia mengalami tekanan yang disebut distress.
- Zona Pembelajaran (Learning Zone): Ini adalah rentang di mana seseorang merasa cukup nyaman untuk belajar dan mengembangkan diri. Di dalam zona pembelajaran, seseorang merasa tertantang namun masih mampu mengatasi tugas atau tantangan yang dihadapi, sehingga bisa mencapai perkembangan yang signifikan. Di zona ini manusia mengalami tekanan yang disebut eustress.
- Zona Drone (Drone Zone): Ini adalah rentang di mana seseorang merasa terlalu nyaman dan tidak tertantang. Di dalam zona drone, seseorang cenderung melakukan tugas atau aktivitas dengan otomatis tanpa ada dorongan untuk meningkatkan kinerja atau belajar hal baru. Akibatnya, pertumbuhan dan pengembangan pribadi menjadi terbatas. Di zona ini manusia hampir tidak mengalami tekanan sama sekali sehingga mereka cenderung bersikap apatis.
Anxiety Zone terjadi ketika seseorang mendapatkan tugas yang melampaui kemampuan kinerjanya. Ibarat anak SD diminta mengerjakan tes untuk anak SMA. Sementara drone zone akan terjadi ketika seseorang mendapatkan tugas yang tanggung dan kurang menantang. Contohnya adalah anak kelas 5 SD diminta mengerjakan tugas anak kelas 1-5 SD. Tak ada hal baru yang dipelajari.
Maka agar senantiasa merasa antusias, kita mesti berada di rentang Learning Zone. Rumusnya adalah n+1. Zona belajar anak kelas 5 SD adalah mengerjakan soal-soal untuk anak kelas 6 SD. Dengan cara seperti ini maka mereka akan siap ketika berada di kelas 6 nanti.
Zona belajar anak kelas 6 SD adalah mempelajari materi siswa kelas 1 SMP, begitu seterusnya.
Saya juga memberikan contoh beberapa tahun yang lalu ketika saya masih menjadi bekerja di sebuah perusahaan farmasi. Dalam posisi sebagai Medical Representative, saya sering menawarkan diri untuk membantu tugas supervisor saya. Dengan cara ini saya belajar menguasai keahlian seorang supervisor, sekaligus menyesap rahasia kecil mereka. Dan ketika dibutuhkan supervisor tambahan, saya langsung diangkat menjadi supervisor, bahkan tanpa assessment sedikit pun.
Tahun depan bangsa kita memiliki perhelatan besar lima tahunan. Sudah menjadi kewajiban bagi Polri untuk mengamankan acara akbar ini. Sebagai ujung tombak terdepan yang harus mampu membaca sekecil apapun potensi yang mengancam perhelatan ini, Baintelkam Polri mesti mampu mengkonversi semua beban intelejen menjadi tantangan yang adekuat. Sehingga distress akan berubah menjadi eustress. Dan pada akhirnya intelkam Polri bisa sukses dalam mengamankan Pemilu kita. Aamiin
Tanpa terasa waktu 3 jam berlalu dengan cepat. Selama berada di lingkungan perwira polisi ini, saya merasa sangat nyaman, diterima dengan baik dan diuwongke. Dan perasaan ini akan saya sampaikan keluar sana, agar rasa percaya masyarakat kembali pulih kepada institusi penegak hukum kita ini.
Bravo Kepolisian Republik Indonesia.
Terimakasih sudah memberikan kepercayaan dan kenyamanan ini kepada saya.
Semoga bermanfaat
Salam bahagia
-haridewa-
The Storyteller Therapist
NB: ATas dasar konfidensial foto hanyalah pemanis belaka