Cinta di dunia ini ibarat lampu bagi para anai-anai. Terang cahayanya akan memabukkan untuk senantiasa dirubung dan didatangi. Banyak cara yang ditawarkan untuk mendapatkan cahaya tersebut. Namun sayangnya upaya yang dilakukan oleh manusia modern adalah mengupayakan segala hal untuk dicintai, bukan mencari daya upaya untuk mencintai.
Padahal dalam kenyataannya semakin manusia itu berusaha untuk dicintai, semakin sering pula mereka membenturkan diri pada dinding kegagalan. Mereka akan tertimpa penderitaan yang bertubi-tubi. Sebenarnya penderitaan tadi muncul akibat kehausan mereka untuk dicintai oleh orang lain. Banyak kaum muda yang akhirnya terjebak dalam hubungan bebas, bahkan narkoba jalanan hanya gegara mereka ingin dicintai oleh kawan sebayanya. Ada pula yang sering pamer kekayaan orangtuanya demi memeroleh simpati dari sejawatnya.
Maka sekedar mencoba narkoba dan pergaulan bebas pun menjadi kebanggaan. Karena mereka takut dianggap banci dan tidak solider jika tidak melakukannya. Mereka melakukan hal seperti itu didorong insting agar tidak ditinggalkan oleh kelompoknya. Mereka ingin dicintai oleh gank-nya.
Karena didorong oleh insting untuk dicintai pula, para istri berkutat mati-matian agar terlihat senantiasa ramping, dan indah. Maka mereka rela bersakit-sakit dalam menempuh segala macam program diet yang terkadang sudah tidak masuk akal. Mereka rela mengeluarkan bujet jutaan rupiah per bulan untuk wewangian, menyulam alis, aparel beragam model, tas aneh-aneh, luluran dan spa, perhiasan emas yang jika dipikir dengan waras, sebenarnya sangatlah berlebihan. Tapi banyak wanita yang melakukan hal gila ini. Semua itu dilakukan karena mereka takut kehilangan rasa cinta orang lain.
Sebentar lagi kita akan memasuki tahun politik. Para politisi pun tak segan bermanis mulut, berbusa-busa janji kosong mereka lontarkan semata-mata agar tidak kehilangan calon pemilihnya. Mereka juga tidak malu untuk melakukan korupsi miliaran duit rakyat, agar tetap dicintai oleh anak-istri, juga bawahannya.
Semua pola konsumsi di luar kewajaran tadi sebenarnya tercipta karena mereka sedang berjuang untuk mempertahankan kekaguman orang lain terhadap dirinya. Sejatinya orang-orang seperti ini sedang mengalami sebuah gejala yang disebut 'mabuk dicintai'.
Sebagai terapis, hal ini juga sering saya temukan ketika melakukan couple therapy. Dalam in take interview, saya cantumkan sebuah pertanyaan sederhana, "Anda lebih memilih mencintai atau dicintai pasangan Anda?"
Secara keseluruhan, bisa dikatakan 90% responden menjawab, 'ingin dicintai'. Itulah kenapa mereka akhirnya memiliki masalah pelik yang perlu diselesaikan, sehingga menghubungi terapis.
Jika merujuk pada kosa kata populis, istilah orang yang sedang kasmaran adalah fall in love alias jatuh cinta. Sementara kita semua mahfum bahwa kejatuhan merupakan sebuah 'kecelakaan'. Kecelakaan adalah hal yang tidak mengenakkan. Dan itu juga sebuah kejadian yang tak disengaja apalagi diniatkan. Alih-alih bernilai ibadah, kecelakaan hanya akan mengantarkan manusia pada jurang kenistaan.
Hari ini saya ganjil berusia 51 tahun, dan saya merasa belum terlambat untuk mulai mengubah mindset yang sudah terlanjur mengakar di masyarakat ini. Salah satu guru saya memberikan tips yang sederhana, yaitu mengubah awalan 'di' menjadi 'me'. Maka jika ada pilihan dicintai atau mencintai, saya akan memilih untuk mencintai. Mencintai itu aktif. Mencintai itu memerdekakan, bukan memenjarakan. Mencintai itu menguatkan, bukan melemahkan. Mencintai itu ibarat membiarkan kepompong menjadi kupu-kupu.
Ketika kita sudah berazzam untuk mencintai, maka kita akan bersegera memenuhi semua perintah pihak yang dicintai. Seberat apa pun permintaan pihak yang dicintai akan kita lakukan dengan gegap gempita. Sonder penundaan, apalagi penolakan.
Perilaku mencintai ini bisa diimplementasikan kepada keluarga, negara, utamanya kepada Dzat Sang Maha Mencintai. Maka mulai hari ini saya menolak jatuh cinta. Saya memilih untuk bangkit cinta. Say no for fall in love. Welcome raise in love.
Terimakasih untuk segenap sahabat, keluarga serta handai tolan yang telah mendoakanku di hari jadiku ini.
Really, I am raise in love with all of you.
Tabik
-haridewa-
My 51 birthday
