Beberapa hari yang lalu, menjelang isya, saya merapat ke outlet kekinian yang menyediakan bakpia kukus di jalan Ahmad Dahlan Yogya. Seharian penuh saya, istri, dan anak-anak menghabiskan waktu bermain-main di Parangtritis. Meskipun awalnya saya hanya berniat membeli bakpia kukus, namun karena di depan outlet tersebut ada gerobak yang menyediakan gudeg dan oseng mercon, maka sekalian saja saya pesan makan malam di tempat tersebut.
Bepergian full team satu keluarga memiliki keindahan dan dinamikanya tersendiri. Indah, karena selama sekian hari semua family member akan berada di dalam satu kabin sempit, sehingga interaksi we time-bisa sangat intens. Dinamikanya adalah, dengan banyaknya kepala dalam sebuah perjalanan, maka tujuan perjalanan mesti dikompromikan di antara anggota keluarga. Satu dinamika lagi yang kudu di-menej dengan apik adalah soal makanan.
Meskipun sudah hidup bersama selama puluhan tahun, dan memiliki gen yang relatif sama, dalam praktiknya, hobi makan kami ternyata tidak bisa kompak.
Nyatanya, malam itu yang sepakat untuk santap malam dengan gudeg dan oseng mercon hanya saya dan istri. Anak bungsu kami, Adit memilih Nasi Padang. Kebetulan di samping outlet bakpia kukus tersebut ada warung Padang. Masalah muncul ketika sulung dan tengah, Aini dan Ara, yang biasanya juga lahap menyantap Nasi Padang, tetiba saja minta sate ayam.
Bisa saja saya memaksa mereka memilih gudeg atau Nasi Padang. Toh, saya sudah berikan 2 pilihan. Saya sadar bahwa mereka bisa memilih salah satu menu makan malam itu, namun pasti perjalanan pulang kami tidak akan seceria sebelumnya.
Tugas saya malam itu adalah menjaga keceriaan semua anggota keluarga, maka saya fokuskan salah satu sensori, yaitu indera olfaktori saya. Orang Jawa bilang ini adalah mathak aji. Saya sadari pernapasan saya. Saya rasakan dinginnya oksigen yang masuk dan hangatnya karbondioksida yang keluar. Teknik ini biasa disebut mindful breathing. Saya niatkan meningkatkan kemampuan indera penciuman saya, dengan fokus pada aroma sate ayam.
Kira-kira setengah menit kemudian, saya merasakan semriwingnya bau ayam dibakar dengan bumbu kacang memasuki lubang hidung saya. Arahnya belum jelas. Hanya semriwing sahaja. Saya melakukan deep breath, kemudian meniatkan untuk meningkatkan ketajaman olfaktori saya. Dan ibarat anjing pelacak, hidung saya menuntun saya ke arah timur, arah KM 0 Yogyakarta.
Meskipun sudah memeroleh informasi mengenai keberadaan penjual sate ayam, saya tetap melakukan kalibrasi dengan bertanya kepada seorang tukang parkir. Anehnya, jawaban tukang parkir malah berlawanan arah dengan 'firasat olfaktori' saya. Dia menunjuk arah barat, ke posisi penjual sate ayam yang mangkal di asrama Polri Pathuk.
Dari lokasi saya malam itu, Pathuk memang lebih jauh dibanding KM 0. Bisa saja itu alasan aroma sate dari sana tidak terpantau radar olfaktori saya. Karena penasaran, saya lakukan kalibrasi kedua. Saya bertanya kepada penjual gudegnya. Dari sini saya mendapatkan informasi A 1. Penjual sate Pathuk libur kalau malam jumat. Dan memang ada beberapa penjual sate dorong yang suka mangkal di seputar KM 0.
Maka dengan yakin saya minta Adit untuk menyusuri trotoar Ahmad Dahlan mengarah ke timur untuk membeli sate ayam buat kedua kakaknya.
Limabelas menit kemudian, di sela-sela menikmati gudeg dan oseng mercon, saya mendapat telepon dari Adit bahwa dia sudah memesan 2 porsi sate ayam, dan dia minta izin untuk berfoto ria lagi di ujung jalan Malioboro. FYI, jarak kami dengan penjual sate ayam itu sekitar 1 km. Wow!
---
Sahabatku yang berbahagia, bagaimana 'keajaiban' malam itu bisa terjadi? Atau lebih tepatnya, apakah fenomena malam itu bisa disebut sebagai keajaiban?
Sederhana saja sebenarnya rahasianya. Dan mestinya ini bukan rahasia jika sebagai makhluk paling sempurna, kita mau 'ngulik' semua sumber daya yang sudah diberikan Allah kepada kita. Salah satu asumsi dalam NLP (Neuro Linguistic Programming) menyatakan bahwa kita sudah memiliki sumber daya untuk sukses. Yang perlu dilakukan hanyalah mengenali, menguatkan dan mengurutkannya.
Jika Anda masih bingung dengan asumsi yang kadang memang sumir maknanya, saya akan membuatnya lebih simple. Sumber daya dasar kita adalah Panca Indera. Semua informasi dari dunia luar masuk dan menjadi data dalam diri kita hanya melalui lima indera, yang dalam NLP disebut VAKOG. Visual adalah penglihatan. Auditori adalah pendengaran. Kinestetik adalah perabaan. Olfaktori adalah pembauan atau penciuman. Gustatori adalah pencecapan. Dengan memiliki data valid, maka kita bisa mengambil keputusan tepat guna mecapai outcome kita.
Sampai sini jelas khan? Nah, mungkin yang Anda belum ketahui adalah, bahwa kelima indera tadi bisa dilatih agar mencapai kepekaan tertentu guna memenuhi kebutuhan kita. Question is, how?
Kembali ke asumsi dasar NLP di atas. Sebelum melatih atau menguatkannya, kita kudu mengenali dulu sumber daya tersebut. Anda mungkin berpikir bahwa selama ini sudah mengenali indera tersebut, karena lokasinya sudah jelas, yaitu ada di mata, telinga, kulit, hidung dan lidah. Anda tidak salah, namun kurang ngulik. Yang saya sebutkan terakhir hanyalah berupa organ sahaja.
Tahukah Anda, bahwa di balik organ tersebut masih banyak komponen penggeraknya. Organ adalah hardware, dan memerlukan software agar berfungsi.
Maka dibutuhkan tingkat kesadaran lebih, agar kita mampu mengenali software tersebut. Selain NLP, teknik mindfulness memiliki banyak teknik agar kita mencapai kesadaran lebih tinggi dari orang kebanyakan. Sekarang sudah banyak trainer yang mengajarkan teknik-teknik mindfulness dalam aneka aliran mereka. Anda bisa googling untuk mendapatkan informasi lengkapnya.
Namun jika Anda tidak memiliki waktu untuk ikut kelas tersebut, Anda bisa mempelajarinya melalui buku mindfulness terlengkap di Indonesia, yaitu Spiritual Mindful Tranceformation. Buku ini ditulis berdasarkan pengalaman penulisnya mempraktekkan mindfulness dalam hidupnya.
Buku ini merupakan buku solo ke-5 dari total 9 buku yang sudah saya hasilkan. Dan demi menjaga kualitas buku saya, maka buku kali ini pun tetap akan terbit dalam format HARD COVER.
Buku ini terdiri dari 2 bagian:
- 'Menapaki Kesadaran Diri', yang berisikan 10 bab mengenai cerita para praktisi mindfulness dan keajaiban yang mereka dapatkan.
- 'Menuju Kebahagiaan Hakiki', berisi 15 bab mengenai pemahaman dasar mindfulness beserta teknik-teknik ampuhnya.
Jika Anda ingin memiliki buku ini, Anda bisa memesannya dengan cara mengakses tautan berikut ini:
https://bit.ly/PesanBukuSMT
Harga normal 199K
Tabik
-haridewa-