Di sela-sela roadshow Cafe Therapy beberapa waktu yang lalu, saya dan salah satu team Cafe Therapy, Pak Joko, berkesempatan menyaksikan kebudayaan Jawa yang sedang ngetren lagi, yaitu kuda lumping. Kebetulan kami berdua memiliki memori masa kecil yang menyenangkan tentang budaya Jawa yang unik ini.
Tentu saja saat yang ditunggu dalam sebuah atraksi kuda lumping atau jathilan adalah sesi 'ndadi', atau trance, yang dimaknai oleh orang kebanyakan sebagai kesurupan. Biasanya dalam sesi ini akan banyak atraksi aneh bin ajaib, yang seolah berada di luar nalar manusia. Makan beling, injak beling, kupas kelapa dengan gigi, dll.
Di akhir pertunjukan sore itu, saya terkaget-kaget ketika melihat ada satu orang yang sedang ndadi, tetiba saja ditangkap oleh beberapa anak muda, kemudian dibungkus kain jarik, dan dalam kondisi 'body catalepsy' (badan terbujur kaku), tubuh itu diangkat dan salah satu dari anak muda itu meloncat tepat di atas perut tubuh kaku tersebut.
Tentu saja tubuh kaku itu langsung lemas, dan dianggap selesai sesi 'ndadi'-nya.
Sebagai praktisi hipnosis, yang pernah menjadi pelaku aksi yang berbahaya tersebut, kontan saya mendekat ke area pentas, dan mencari tahu penanggungjawab kelompok kebudayaan tersebut. Ternyata ketuanya adalah suami dari kawan SMP saya. Maka setelah menjelaskan bahayanya aksi yang saya lihat terakhir dari sisi medis, saya menawarkan untuk menambah wawasan mereka mengenai fenomena trance secara keilmuan hipnosis yang ilmiah.
Gayung bersambut. Beberapa hari yang lalu saya bisa menjumpai 'srati' atau pawang kesenian kuda lumping tersebut, lengkap dengan ketua dan beberapa anggotanya.
Dengan simple saya uraikan mengenai kondisi yang terjadi saat seorang pemain kuda lumping mengalami kondisi 'ndadi'. Bahwa gelombang pikiran manusia dibagi menjadi 4, yaitu beta, alfa-theta, dan delta.
Kondisi ndadi atau trance berada pada gelombang alfa-theta, yang dalam kesenian kuda lumping bisa dicapai dengan perantara tarian kuda lumping, atau barongan, atau leakan. Tentunya dibutuhkan juga iringan gamelan, dengan irama tertentu sesuai dengan keyakinan mereka.
Setelah satu atau dua putaran tarian, dengan koreografi banyak gerakan berputar, dan maju mundur, ada beberapa pemain yang mulai menari tanpa aturan. Atau meloncat dan menggeram ibarat macan. Bahkan ada juga yang hanya diam saja, sembari matanya melotot kosong. Itulah tanda-tanda pemain yang ndadi. Tak jarang ada juga beberapa penonton yang tetiba saja ikut menari, menggeram, atau bahkan ambruk, seolah pingsan. Istilah perilaku ini adalah kesetrum.
Jika sesi seperti ini sudah terjadi, biasanya kondisi pentas menjadi heboh. Ada yang semakin semangat, namun tak kurang juga yang menjauh karena takut. Karena rerata dari mereka berkeyakinan bahwa orang yang ndadi tengah kesurupan makhluk lain. Maka, Inilah saatnya sang pawang atau 'srati' turun tangan. Dia akan memainkan cemetinya. Ctaarrr. Dan biasanya mereka yang ndadi langsung merespon suara cemeti tersebut. Beberapa di antaranya akan mendekati sang pawang dan diberi makan kembang.
Setelah sejenak bermain-main dengan mereka yang ndadi, sang pawang akan mulai mengobati pemain yang ndadi satu persatu. Ada yang mudah disadarkan. Biasanya dia akan didekatkan dengan alat bantu menuju ndadinya. Yang naik kuda lumping, akan didekatkan dengan kuda mainan yang terbuat dari anyaman bambu tersebut. Kemudian kedua telapak tangannya dipaksakan untuk menyatu, diakhiri dengan meraupkan telapak tangan tersebut ke wajahnya. Jika dia ndadi karena memainkan barongan, atau barongsai, maka perlakuannya juga sama. Dia akan didekatkan dengan barongannya.
Nah, konon mereka yang sangat bandel disadarkan, akan dipocong dengan kain jarik, untuk kemudian diinjak perutnya, seperti aksi yang saya saksikan tempo hari.
---
Malam itu saya praktikkan cara membuat seseorang ndadi, alias trance tanpa bantuan alat apa pun. Saya hanya mengajak mereka healing (tamasya ke dalam pikiran mereka saja). Karena sejatinya, para pemain kuda lumping yang kemudian ndadi itu sebenarnya sedang ingin bertamasya. Sedang ingin healing.
Saya panggil seorang pemain junior, berusia 14 tahun. Sebut saja namanya Angga.
"Dik, kamu paling senang tamasya ke mana?"
"Taman Kyai Langgeng Magelang, Om"
"Baik. Sekarang tutup matamu. Bawa dirimu kembali saat terakhir main ke sana. Ingatlah permainan apa yang paling kamu sukai di sana. Kalau sudah merasa senang, biarkan saja mulutmu tersenyum"
Kami menunggu Angga yang duduk bersila di tengah ruangan. Sekitar dua menit kemudian tersungging senyum tipis di bibirnya.
"Angga, kamu lagi asyik bermain-main ya. Jika ya, coba anggukkan kepalamu"
Angga mengangguk.
"Bagus Angga. Sekarang perhatikan dari kejauhan terdengar suara gamelan di kepalamu. Nang neng nang gung. Suara gamelan itu semakin dekat dan semakin nyata dalam pikiranmu. Dan suara itu adalah suara yang sangat kamu kenal. Itu suara gamelan yang biasa mengiringi kamu kalau sedang bermain kuda lumping. Maka entah kenapa, sekarang kamu ingin menari kuda lumping"
Keajaiban pun terjadi. Tangan dan kepala Angga mulai bergoyang. Seolah mengikuti sebuah alunan gamelan. Kemudian saya minta salah satu peserta pertemuan malam itu untuk memutar musik gamelan melalui kanal youtube. Gerakan Angga pun semakin rancak dan luwes, mengikuti irama gamelan tersebut.
Saya bertanya, kepada para hadirin malam itu, "Teman-teman, apakah Angga sedang ndadi?"
"Iyaaaaa," serentak mereka menjawab. Takjub.
Dalam keheranan mereka, tetiba saja salah satu hadirin, sebut saja Mas Pur, menggeram. Matanya melotot nyalang. Dia berdiri, dan menghentakkan kakinya. "Sopo sing wani ngundang aku mrene. Grrrrgh. Aku njaluk melati! (Siapa yang berani memanggil saya ke sini. Saya minta melati)"
Kontan, dua pemuda di samping Mas Pur kewalahan memegangi tangannya, dan menahannya agar tidak mengamuk.
Suasana jadi mencekam. Beberapa hadirin menjauh, sembari menyingkirkan cangkir kopi dan piring makanan kecil.
"Jangan takut teman-teman. Dia tidak kesurupan. Dia ndadi, itu benar. Dalam hipnosis, ini adalah fenomena trance," ujar saya, sambil mendekati Mas Pur. Kemudian telunjuk saya menyentuh kening Mas Pur, sambil berkata lembut. "Turuo Mas Pur (tidurlah)"
Seketika itu juga, Mas Pur tersungkur. Lemas. Lunglai. Hadirin terkejut. Takjub. Tanpa mantra. Tanpa adu kekuatan. Seseorang yang ndadi bisa dikendalikan.
Kemudian saya minta sang pawang, untuk melakukan hal yang sama kepada Angga, yang masih asyik menari dalam duduk bersilanya. Dan berhasil. Sederhana. Ampuh. Karena kita memahami retorika cara kerja pikiran manusia.
Kembali, saya jelaskan cara kerja gelombang pikiran tersebut. Karena beberapa di antara hadirin masih percaya bahwa ada makhluk ghoib yang merasuki Mas Pur. Seolah tahu sedang dibicarakan, tetiba saja Mas Pur bangkit lagi dari 'tidurnya'. Kali ini lebih beringas. Dua pemuda yang memeganginya nyaris terlempar.
"Aku njaluk melati! (Saya minta melati)" teriaknya lagi. Wajahnya melengos membelakangi saya.
"Aku melatine Mas Pur," kata saya, masih dengan nada lembut
"Ora percoyo!"
Masih dipegangi 2 pemuda di sampingnya, Mas Pur membentak keras.
Maka, saya perlu berganti strategi. Saya perlu mengeluarkan 'pawang singa' dalam diri saya. Saya berkata lebih tegas, "Mas Pur lihat ke sini!"
Berhasil, dia menengok.
"Buka mata!"
Matanya terbuka. Melotot. Nyalang. Kosong.
"Tutup mata sekarang. Dan rileks!"
Sekali lagi saya sentuh keningnya, dan Mas Pur tersungkur lemas lagi.
Kali ini saya lanjutkan dengan sugesti pemberdayaan diri, dan langsung terminasi.
"Mas Pur, Anda adalah orang yang sangat fokus, maka sebentar lagi dalam hitungan ke tiga, Anda akan terbangun dalam kondisi segar, sehat dan penuh kebahagiaan. Ibadah Anda semakin hari semakin tekun, juga kerja Anda semakin semangat. Satu, dua, dan tiga. Buka mata, dan bangun sesadar-sadarnya"
Bagi Anda yang mempelajari keilmuan hipnosis, tentunya Anda paham bahwa teknik yang saya terapkan kepada Mas Pur merupakan rangkaian sederhana tes sugestivitas, induksi, deepening, sugesti dan terminasi. Namun, bagi mereka yang belum paham hipnosis tetap menganggap adanya makhluk ghoib yang merasukinya. Maka malam itu, sekalian saja saya berbagi teknik dan pengalaman saya dalam mengatasi kesurupan.
Sahabatku yang berbahagia, saya akan bagikan teknik dan pengalaman tersebut dalam tulisan selanjutnya, yang berjudul "Kesurupan atau Healing?"
Malam itu saya sedikit berpesan, bahwa mulai saat ini yakinlah bahwa semua fenomena ndadi atau trance itu hanyalah pelarian para pemain kuda lumping, karena mereka ingin tamasya sejenak dan melarikan diri dari rutinitas harian mereka. Mereka hanya ingin healing. Tidak ada unsur makhluk lain sama sekali. Kalau pun ada unsur ghoib yang terlibat, pastilah itu Gusti Allah, Sang Penguasa Alam ini.
Maka mintalah bantuan hanya kepada Allah, bukan penunggu pohon beringin, atau penunggu kuda lumping. Dan dengan menguasai teknik hipnosis yang sangat ilmiah, menyadarkan pemain kuda lumping yang sedang healing menjadi sangat mudah, sederhana dan ampuh.
Demikianlah senyatanya, demikianlah keadaannya.
Tabik
-haridewa-
Story Teller Therapist
https://biolinky.co/cafetherapy