NaZaMWZcMGZ8LGZ7MGxaNGtaLDcsynIkynwbzD1c

SINESTESIA

BLANTERLANDINGv101
3034015059065731839

SINESTESIA

03/10/21


Dalam kehidupan sehari-hari tentunya kita mengenal sebuah istilah mengenai hilangnya rasa nyeri, yaitu anestesi. Istilah ini kita temui dalam ranah medis, yaitu ketika dokter dan atau paramedis lain melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh.

Anestesi (pembiusan) berasal dari bahasa Yunani 'an' (tidak, tanpa) dan 'aesthētos' (persepsi, kemampuan untuk merasa), secara umum berarti suatu tindakan menghilangkan rasa sakit baik secara lokal ataupun total. Istilah anestesi digunakan pertama kali oleh Oliver Wendel Holmes Sr pada tahun 1846.

Rupanya bahasa kita mengenal juga lawan kata anestesi, yaitu sinestesia. Secara bahasa sinestesia adalah perubahan makna pada suatu kata yang mengalami pertukaran makna, di mana makna yang mengalami pertukaran terjadi karena tanggapan dari dua hal yang dihubungkan dengan panca indera.

Atau dengan kata lain sinestesia adalah metafora berupa ungkapan yang berhubungan dengan suatu indera untuk dikenakan pada indera lain.

Contoh:

- Masakan ibu selalu terasa sedap di lidah anak-anaknya (sedap di sini merupakan makna asli. Sesuatu yang dikenakan pada indera gustatori)

- Betapa sedap memandang gadis cantik yang selesai berdandan (sedap di sini merupakan makna sinestesia karena dikenakan pada indera visual)

-  Pantas saja saat bangun tadi pagi terasa dingin sekali, ternyata turun hujan deras. (dingin dalam kalimat ini makna asli yang dikenakan oleh kulit/kinestetis)

-  Sikapnya padaku berubah jadi dingin sejak aku tidak menghadiri acara ulang tahunnya minggu lalu. (dingin dalam kalimat ini merupakan makna sinestesia karena bukan dirasakan dengan kulit atau tubuh, tetapi dilihat oleh panca indera penglihatan/visual)
***

Ternyata dunia medis juga mengenal istilah sinestesia ini, yang memiliki pengertian lebih kurang sama. Sinestesia adalah pencampuran langka dari berbagai indera (VAKOG) di mana rangsangan pada satu indera memicu efek yang dapat diprediksi dan direproduksi oleh indera lain.

Dilansir dari laman Livescience, sinestesia adalah suatu kondisi neurologis yang menyebabkan otak memproses data dalam bentuk beberapa indera sekaligus.

Sebagai contoh, pemilik sinestesia dapat mendengarkan warna, merasakan suara, atau mengecap bentuk-bentuk. Terkadang perasaan ini hanya subjektif. Kebanyakan pemilik sinestesia memiliki kondisi ini sejak lahir, jadi mereka tidak tahu perbedaannya. Namun, ketika menjelaskan pengalamannya kepada orang lain, sering kali mereka dikatakan berhalusinasi.

Ketika menerima rangsang/informasi dari luar, sebenarnya setiap indera kita dapat mendeteksi semua modalitas, bukan hanya modalitasnya sendiri. Ketika salah satu modalitas memengaruhi representasi internal, sebenarnya terjadi interaksi dengan semua modalitas yang ikut berkontribusi. Prinsip ini disebut UNIMODALITY

Hal inilah yang berpengaruh terhadap terjadinya anchor, traumatic event, phobia, dll

Misal, seseorang yang pernah melihat atau mengalami kecelakaan parah, di mana saat itu banyak melihat darah berceceran. Maka setelah peristiwa itu dia mengalami phobia darah. Setiap kali melihat darah dia langsung pingsan.

Urut-urutan peristiwanya sebenarnya merupakan fenomena sinestesia juga. Dia melihat warna merah, mencium anyir bau darah, mendengar suara tabrakan, merasa ngeri, dll. Kelima inderanya ikut terpapar secara bersamaan pada saat melihat kecelakaan tersebut. Maka meskipun waktu sudah berjalan sedemikian lamanya, namun setiap melihat warna merah dari darah, seolah semua inderanya ikut terpapar kembali. Unimodality.

Sahabat pembelajar yang berbahagia, mungkin Anda pernah mendengar istilah 'keling'? Apa yang muncul di benak Anda ketika saya menulis kata tersebut?

Sebagian besar dari Anda tentu setuju jika keling identik dengan warna hitam? Bahkan ada satu komika Indonesia bernama Yuda, yang karena kulitnya hitam, maka dijuluki Yuda Keling.

Tahukah Anda bangsa mana yang lebih diidentikkan dengan keling ini? Dan julukan ini terjadi juga gegara warna kulit mereka yang cenderung gelap. Yup, Anda betul. India Keling. 

Namun tahukah Anda asal muasal kata keling ini terbentuk?

Dari beberapa literatur sejarah yang saya baca, konon kabarnya istilah ini muncul pada saat penjajahan Inggris di India. Di mana banyak bangsa India yang menjadi pekerja kasar (budak) sampai ke Singapura. Selama diperbudak itu, tangan dan kaki mereka dipasangkan rantai agar tidak kabur. Dan selama mereka melakukan kerja paksa tersebut akan terdengar suara cling-cling.

Suara inilah yang oleh suku melayu yang waktu itu sudah banyak menghuni Singapura berubah menjadi kling, dan berubah lagi menjadi keling.

Orang Indonesia yang tidak tahu asal muasal julukan ini akan tertawa saja jika disebut keling. Namun jangan coba-coba Anda menyebut orang India yang ada di Singapura dengan keling. Mereka bisa mengamuk, karena sangat julukan ini akan mengingatkan mereka pada penderitaan nenek moyang mereka saat menjadi pekerja paksa.

Perubahan nilai rasa ini terjadi juga akibat proses sinestesia. Bermula dari auditori (cling) bergeser sebagai visual (hitam) dan bisa berakhir pada kinestetik (mengamuk)

Sahabat pembelajar yang berbahagia, jika ternyata satu indera dan indera kita yang lain itu terkoneksi, apakah phobia atau trauma yang memapar salah satu modalitas kita, bisa diintervensi dari modalitas yang lain?

Jawabannya ada di kelas NLP Master Practitioner, yang akan dijalankan pada

BLANTERLANDINGv101
Formulir Kontak Whatsapp×
Data Anda
Data Lainnya
Kirim Sekarang