NaZaMWZcMGZ8LGZ7MGxaNGtaLDcsynIkynwbzD1c

phobia atau takut?

BLANTERLANDINGv101
3034015059065731839

phobia atau takut?

19/08/21

Sahabat pembelajar yang berbahagia, di masa pandemi yang belum tahu kapan bakal usai ini, banyak pihak yang mengalami ketakutan. Berbagai macam sebab sepele bisa menjadi pemicu dari ketakutan tersebut. Bahkan ada beberapa orang yang mengalami serangan kepanikan (Panic Attack) gegara membaca berita yang kurang sedap di media sosial.

Pertanyaan yang muncul kemudian adalah, apakah situasi seperti itu normal saja adanya? Mari kita tinjau jawabannya dari pemaparan berikut ini.

Menurut Paul Ekman, seorang pakar micro expression dari Amerika, pada prinsipnya manusia memiliki 5 emosi dasar, yaitu:

  • marah, 
  • senang, 
  • jijik, 
  • sedih dan 
  • takut. 

Semua perasaan ini merupakan perangkat diri non fisik yang berguna untuk melakukan pertahanan diri. Jadi rasa takut itu memang dibutuhkan oleh tubuh dalam rangka proteksi diri. Bayangkan jika kita tidak memiliki rasa takut, bisa jadi usia kita tidak bakal panjang. Kita tidak takut melihat api yang panas, maka dengan santai saja akan melewatinya. Kita tidak takut melihat binatang buas, sehingga cuek saja tetap nongkrong meskipun melihat harimau lepas. Kita tidak takut melihat kendaraan melaju kencang di jalan raya, sehingga menyeberang jalan tanpa tengok kiri kanan. Dst, dll.

Namun tahukah Anda, ternyata rasa takut tersebut sebenarnya masih memiliki rumpun keluarga tersendiri, yang kadang tercampuradukkan dalam pemahamannya. Saya akan mencoba menjelaskan fenomena ini berdasarkan obyek penyebab (precipating event) dan reaksi perilakunya (Behavior Reaction)

1. Takut
Seseorang disebut takut ketika bertemu dengan obyek yang berbahaya (mengancam jiwa) kemudian mengambil langkah penyelamatan yang diperlukan.

Misal, kita bertemu harimau di sebuah kebun,  kemudian lari menyelamatkan diri, atau memanjat pohon agar tidak diterkam. Ini merupakan perilaku yang wajar dan wajib dilakukan oleh manusia normal.

2. Phobia
Fobia adalah reaksi ketakutan berlebih, tidak terkendali, dan tidak masuk akal disertai dengan keinginan kuat untuk menghindari benda, orang, aktivitas, tempat, dan situasi tertentu. Orang dengan fobia biasanya menyadari betul bahwa ketakutannya tidak masuk akal tetapi ia tidak dapat berbuat apa-apa untuk mengatasinya.

Seseorang disebut mengalami phobia ketika bertemu dengan obyek yang tidak mengancam jiwa, namun menunjukkan perilaku berlebihan seolah sedang menyelamatkan jiwanya.

Misal, seorang ibu yang berteriak keras untuk kemudian lari kencang ketika melihat kecoa di hadapannya. Jelas bahwa kecoa bukanlah hewan berbahaya yang bisa mengancam jiwa kita. Justru bahaya muncul akibat perilaku berlebihan yang diambil oleh ibu tadi.

3. Trauma
Menurut American Psychological Association, trauma adalah respon emosional terhadap berbagai peristiwa yang menakutkan seperti kecelakaan, kekerasan, pemerkosaan, atau bencana alam yang pernah dialaminya. Biasanya kondisi ini langsung dialami tepat setelah kejadian.

Seseorang disebut mengalami trauma jika bertemu dengan penyebab yang tidak mengancam jiwa, namun situasinya mirip meskipun hanya salah satu unsurnya dengan kejadian di masa lalu yang mengancam jiwanya. Kemudian dia mengambil tindakan penyelamatan diri, seolah sedang mengalami lagi peristiwa yang mengancam jiwa tadi.

Misal saja seorang gadis korban pemerkosaan yang merasa terancam setiap kali melihat pria berbaju hitam, disebabkan pemerkosanya waktu itu memakai baju hitam. Baju hitam hanyalah sebuah unsur yang terekam di memori gadis tadi, dan direspon oleh pikiran bawah sadarnya sebagai sesuatu yang berbahaya.

4. Cemas
Rasa cemas atau dalam bahasa inggris berarti anxiety berasal dari bahasa latin anxius yang memiliki arti penyempitan atau pencekikan. Kecemasan sendiri  merupakan keadaan emosional negatif yang ditandai dengan adanya firasat dan somatik ketegangan seperti sulit bernapas, jantung berdetak kencang, dan berkeringat. Anxiety (kecemasan) merupakan ketidakberdayaan neurotik, rasa tidak aman, dan kekurangmampuan dalam menghadapi tuntutan realitas atau tekanan hidup sehari-hari.

Seseorang disebut cemas ketika secara patologis tubuhnya menunjukkan respon seolah sedang bertemu dengan sebuah bahaya. Respon tersebut bisa berupa jantung berdebar, keluar keringat dingin atau bahkan sesak nafas.

Kecemasan merupakan kekhawatiran terhadap ancaman pada masa yang akan datang, ancaman di sini berarti sesuatu yang belum terjadi seperti cemas menghadapi ujian, wawancara dll. Seperti halnya rasa takut, rasa cemas juga diperlukan oleh tubuh agar senantiasa waspada dan mempersiapkan diri menghadapi kemugkinan terburuk di masa depan.

Sahabat pembelajar yang berbahagia, berdasarkan pemaparan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa takut dan cemas adalah hal yang wajar dan bermanfaat untuk kita, sehingga tidak perlu diterapi. Sementara trauma dan phobia merupakan gangguan perilaku yang perlu diintervensi sehingga pengidapnya bisa lebih berdaya lagi.

Semoga bermanfaat

Tabik
-haridewa-
Happy Counselor

#Ericksoniantherapist
#thecafetherapy

BLANTERLANDINGv101
Formulir Kontak Whatsapp×
Data Anda
Data Lainnya
Kirim Sekarang