Sahabat pembelajar yang berbahagia, pernahkan suatu saat Anda mengalami sebuah situasi yang berpotensi memporakporandakan cerianya pagi Anda. Bagi beberapa pihak mungkin peristiwa semacam itu sepele saja adanya.
Suatu pagi Anda berniat mengantar Ananda ke sekolah. Dia sudah berdandan rapi dan cantik, lengkap dengan kuncir-kuncirnya yang lucu. Tas sekolah dan bekal juga sudah tersandang di bahunya. Namun sesaat sebelum menaiki kendaraan, tetiba saja dia mogok. Tak mau bergerak entah karena apa. Sejurus kemudian dia mulai menunjukkan tanda-tanda yang kita kenal sebagai perilaku menangis.
Tentu saja Anda merasa kesal dengan perilaku Ananda tersebut. Apalagi kalau pada saat itu, Anda juga sekalian mau berangkat ke kantor. Tindakan paling umum dan masuk akal yang akan dilakukan orangtua menghadapi kejadian semacam itu adalah menyuruh anak tadi diam. Awalnya mungkin akan dimulai dengan bujukan lembut. “Diam ya sayang…”
Namun apa lacur, anak tersebut tetap pada perilakunya. Maka kebanyakan orangtua mulai kehilangan kesabarannya, suaranya mulai meninggi. “Bisa diam tidak!!!”
Alih-alih diam, tangis Ananda justru semakin menjadi. Jika sudah demikian -lagi-lagi biasanya- orangtua akan semakin spaning, dan mungkin ada di antara mereka yang mulai menggunakan kekerasan fisik. Dicubit-lah dipukul-lah atau bisa jadi terjadi kekerasan verbal, "Dasar anak tak tahu diuntung. Merepotkan saja. Enggak tahu apa papah ini mau meeting pagi ini?"
Kira-kira apakah tindakan-tindakan tadi akan membuahkan hasil? Apakah kemudian anak Anda berhenti menangis?
Saya yakin lebih banyak tidak berhasilnya. Anak Anda tetap menangis dan tetap ngambek. Dan Anda pun mulai kesal, kemudian marah-marah karena Anda jadi terlambat ke kantor. Pagi Anda pun menjadi berantakan karena Anda bingung work balance life-nya mau seperti apa. Memilih mementingkan keluarga atau mementingkan urusan kantor.
Pertanyaan sederhananya adalah kenapa meskipun Anda sudah menyuruh ananda berhenti namun dia tetap menangis?
Pertanyaan selanjutnya adalah ketika anak tersebut melakukan aksi tadi, apa yang sedang berada di dalam kepalanya?
Sebagai orangtua, mestinya kita tahu apa yang sedang diinginkannya
Atau saya ganti pertanyaannya deh, ketika anak Anda menangis itu, dia sedang ingin diam atau sedang ingin menangis?
Iya Anda benar! Dia sedang ingin menangis saat itu. Maka boro-boro diam, dia justru akan semakin menangis ketika Anda menyuruhnya untuk diam. Menangis bagi anak merupakan perilaku bawah sadar yang tidak dia niatkan. Maka perilaku itu berada di luar kendali pikiran sadarnya. Ketika Anda menyuruh dia untuk berhenti, senyatanya yang sedang Anda perintah adalah pikiran sadarnya. Itulah sebabnya Anda mengalami kegagalan.
Nah kalau menggunakan pendekatan Ericksonian seperti sudah saya sampaikan pada tulisan sebelumnya (https://www.thecafetherapy.com/2021/05/prinsip-ericksonian.html?m=1), Erickson itu sangat jeli mengamati tanda-tanda trans alamiah atau natural hypnosis condition yang terjadi pada klien. Maka ketika tanda-tanda tersebut sudah nyata terlihat, Erickson menyarankan untuk langsung mengkonversinya ke dalam bentuk sugesti terselubung atau embedded command dalam rangka mencapai tujuan konseling.
Dan salah satu tanda trans alamiah adalah air mata yang keluar dari mata ananda. Keluarnya air mata anak kita entah karena alasan apa ketika dia mau berangkat sekolah tadi tentunya bukan sesuatu yang dia sengaja atau sebuah perilaku yang dia niatkan. Meski dia tidak meniatkan namun kenyataan yang terlihat adalah keluarnya air mata tersebut.
Hal ini terjadi bisa jadi karena ada komunikasi verbal yang tidak mampu dia ucapkan, entah karena alasan apapun. Maka pikiran bawah sadarnya mengambil alih porsi komunikasinya ke dalam bentuk keluarnya air mata, suara isakan, dan bahu yang terguncang. Dan semua itu merupakan tanda-tanda fisik munculnya kondisi trans alamiah. Sebagai orang dewasa kita mengenal fenomena tersebut sebagai sebuah perilaku 'menangis'
Maka kalau kita memahami prinsip hipnosis ericksonian, kita tidak akan menyuruh ananda berhenti menangis, karena menangis itu sendiri sebenarnya adalah sebuah persepsi kita akan tanda-tanda trans alamiah yang terjadi pada anak kita. Itu adalah sebuah istilah untuk keluarnya air mata, terdengarnya suara isakan dan terlihatnya bahu terguncang.
Erickson menawarkan kalibrasi amatan-amatan tanda trans alamiah, yang dalam beberapa terminologi dikenal sebagai 'pacing' atau menyelaraskan.
Kalau selama ini Anda mengenali pacing dengan tindakan mirroring dan matching baru kemudian di-leading, Erickson menawarkan satu lagi yaitu reporting atau melakukan laporan pandangan mata atas sesuatu yang terjadi pada klien di depan kita.
Erickson memiliki prinsip bahwa sesuatu yang berada di depan kita adalah data atau sumber daya yang bisa dimanfaatkan untuk membantu klien mencapai golnya.
Maka semua kejadian yang terlihat pagi itu senyatanya adalah sumber daya bagi kita, bukan gangguan. Termasuk keluarnya air mata keluarnya suara isakan juga berguncangnya bahu Ananda.
Jika menggunakan prinsip Erickson (Ericksonian Parenting), begini cara mengatasi kasus pagi itu:
1. Yang pertama, tarik nafas dalam untuk mengendalikan diri dulu. Setelah itu kita bisa mengatakan kalimat pacing seperti ini:
"Anakku cantik, Papa lihat air matamu keluar. Papa mendengar isakan tangismu dan Papa juga melihat bahumu terguncang-guncang.
Oh rupanya kamu menangis anakku. Baiklah
anakku, jika kamu sedang ingin menangis sekarang, lanjutkan tangisanmu.
Apalagi jika menangis membuat perasaanmu semakin lega, maka teruslah menangis anakku sayang"
Nah itu tadi langkah pertama berupa tahapan melaporkan kondisi yang terlihat di depan mata. Dengan melakukan hal tadi sebenarnya kita sedang mengenali tanda-tanda trans alamiah yang terjadi pada anak kita dengan cara reporting. Jika kita sanggup melakukan hal ini maka ananda akan merasa dimengerti. Bukankah pada prinsipnya semua orang hanya ingin dimengerti? Dan ketika seseorang sudah merasa dimengerti, maka dia akan memberikan kepercayaan kepada kita. Dalam rumusan bahasa pacing-leading, kita hanya diijinkan melakukan leading ketika trust sudah terbentuk.
2. Langkah kedua adalah melakukan utilize atau leading atau memberikan sugesti terselubung. Dalam prinsip ericksonian terdapat beberapa rumusan kata khusus yang disusun sedemikian sehingga memunculkan efek hipnotik. Kita menyebutnya sebagai hypnotic language pattern (HLP)
HLP akan efektif jika sudah terlihat tanda-tanda trans alamiah pada klien.
Pola yang bisa kita gunakan untuk mengatasi kasus ini adalah: Semakin X Semakin Y
"Anakku, Papa mendengar suara isakanmu semakin keras. Papa melihat intensitas tangisanmu semakin kencang. Entah kenapa semakin kencang tangisanmu, semakin lega pula perasaan hatimu."
Kemudian kita bisa melanjutkan dengan pola kalimat yang lain yaitu: Semakin X, Berkurang Y
"Dan anakku, semakin keras tangisanmu, anehnya mulai berkurang beban perasaan yang sedang kamu rasakan saat ini"
Kemudian kita bisa melanjutkan lagi dengan pola: Berkurang X, Semakin Y
"Dan ketika suara isakan tangismu mulai menurun maka entah kenapa perasaan hatimu juga semakin lega"
Dan kita bisa melengkapinya dengan pola kalimat: Berkurang X, Berkurang Y
"Anakku sayang, bersamaan dengan semakin mengecil suara tangismu, air matamu juga sudah menyesap mulai habis, guncangan di bahumu juga mulai berkurang maka berkurang juga semua beban perasaan yang sedang kamu alami pagi ini"
Bisa juga dilanjutkan dengan yes tag, "Bukan begitu bukan?"
Kalau masih belum puas, kita bisa menguatkannya lagi dengan pola kalimat: Jika X Maka Y
"Anakku jika semua hal yang kamu alami pagi ini sudah selesai, maka kamu merasa ingin segera berangkat ke sekolah. Papa tetap akan mengantar kamu. Ayo anakku cantik"
Sahabat Pembelajar yang berbahagia, dengan menggunakan teknik Ericksonian Parenting seperti ini maka hidup Anda menjadi tenang dan tidak berantakan. Ananda berhenti menangis dan mau berangkat ke sekolah, maka Anda pun bisa berangkat ke kantor dengan perasaan lega. Asyik apa asyik?
Nah, bisa jadi waktu terjadi kondisi yang berbeda tiba-tiba saja istri Anda menangis.
Apakah kita bisa menggunakan metodologi yang sama?
Tunggu dulu, peristiwa menangis yang dialami oleh istri Anda itu apakah sesuatu yang diniatkan atau tidak?
Jika diniatkan maka itu adalah peristiwa pikiran sadar! Dan peristiwa pikiran sadar mesti ditangani dengan cara berbeda.
Kita bahas di lain kesempatan ya Kawan, urusan rumit itu, wkwkwk.
Semoga bermanfaat
Tabik
-haridewa-
Ericksonian Therapist