Sahabat pembelajar yang berbahagia, kita bertemu lagi dalam sesi pembelajaran kali ini, meski hanya melalui tulisan di medsos seperti ini. Sebelum kita memulai sesi ini, silakan Anda kosongkan gelas Anda sehingga materi yang akan saya sampaikan bisa diterima dalam benak Anda,
Saya yakin Anda familiar dengan 'opening frame' yang disampaikan oleh seorang pembicara ketika memulai sesi trainingnya, seperti contoh di atas. Sebagai peserta training, apa yang Anda rasakan ketika ada trainer yang membuka kelasnya dengan kalimat seperti itu?
Saya yakin ada beberapa di antara Anda yang merasa biasa saja, karena kalimat seperti itu memang jamak kok diucapkan sebagai pembuka. everything is OK. Tapi bisa jadi ada beberapa di antara Anda yang merasa terganggu dengan framing tersebut. Apa pasal?
Sebelum kita membahas framing ini lebih jauh lagi, kita telaah dulu maksud dari pembicara berkata seperti itu sebenarnya apa?
Saya yakin Anda juga pasti paham dengan metafora kosongkan gelas, yang artinya adalah menyiapkan 'space' di dalam kepala kita untuk menerima informasi baru yang akan disampaikan. Pertanyaan saya sih simple sahaja:
- Apakah harus mengosongkan gelas, jika tujuannya adalah untuk menyisakan space?
- Apakah semua orang bersedia mengosongkan gelas, jika gelas yang dimaksud adalah pikiran kita? Kalau kesurupan gimana?
- Lebih tepatnya, apakah mungkin seseorang mengosongkan pikirannya?
Bagaimana jika saya tawarkan sebuah pilihan lain? Selain mengosongkan gelas, jika memang gelas kita sudah penuh. Let's say gelas kita berukuran satu liter. Dan kita mau menambah satu liter lagi. Khan bisa dengan membesarkan gelas kita? Atau bahkan bisa menukarnya menjadi galon?
Kalau saya sih lebih suka memulai sebuah sesi dengan mengajak peserta membuka tutup gelas dan memperbesarnya, dibandingkan dengan mengosongkan gelas tadi. Apalagi jika hanya mengosongkan dan tidak membuka tutupnya.
Ini sih pendapat pribadi saya ya. Bagaimana dengan Anda?
