NaZaMWZcMGZ8LGZ7MGxaNGtaLDcsynIkynwbzD1c

Aku hadir, tapi engkau lupa untuk datang!

BLANTERLANDINGv101
3034015059065731839

Aku hadir, tapi engkau lupa untuk datang!

20/01/21



Rumi adalah sosok penyair sufi yang karyanya banyak didasarkan pada kecintaannya pada Ilahi. Saking cintanya pada Sang Kekasih, bahkan malam kematiannya pun dikenal sebagai Malam Pengantin. Kutipan di atas, meskipun pendek namun sarat dengan makna. Seringkali kita mengharap, berdoa, berdzikir dan lain sebagainya dalam rangka menghadirkan-Nya, namun ketika Dia telah hadir (yang senyatanya Dia akan selalu hadir untuk kita), namun kitalah yang justru tidak mendatanginya.

Catatan kecil mengenai anak bungsu saya, ketika dia masih berumur 6 tahun di bawah ini masih lekat di ingatan saya. Namanya Aditya, meskipun waktu itu dia baru menginjak Sekolah Dasar kelas 1, namun semangat beribadahnya sungguh sangat mengagumkan. Tahun itu adalah kali pertama dia belajar puasa penuh sampai maghrib. Selain belajar puasa penuh dia, juga rajin shalat tarawih di masjid. Di sekolah Adit juga disenangi teman-temannya, karena selain mudah bergaul, dia juga suka menolong kawan yang membutuhkan bantuannya. Pernah suatu kali, sepulang sekolah dia berlarian menuju halaman parkir bahkan tanpa mengenakan alas kaki, ternyata hanya untuk mengantarkan buku tabungan salah seorang kawannya yang tertinggal di kelas. Masya Allah.

Berbicara mengenai semangat berpuasanya inilah yang membuat saya merasa malu kepadanya. Meskipun belum mempunyai kewajiban untuk berpuasa penuh, namun dia tidak pernah merengek mengeluh lapar. Kalaupun merasa haus, dia hanya akan mengatakannya sambil tetap berkomitmen untuk meneruskan puasanya sampai maghrib. Biasanya dia akan segera tidur untuk menahan rasa dahaganya tadi. Bangun sahurpun dia tidak pernah rewel, bahkan selalu berpesan untuk dibangunkan yang pertama sebelum kakak-kakaknya dibangunkan.

Pernah satu hari, mungkin karena terlalu lelah setelah seharian saya ajak jalan ke Jakarta, badannya sedikit demam. Saya mencoba menawarkan dia untuk membatalkan saja puasanya. Saat itu kira-kira waktu sudah beranjak menjelang shalat ashar. Dia menolak, dan hanya minta istirahat saja di mobil. Bahkan malamnya saya bujuk lagi untuk tidak ikut makan sahur, dia mengatakan bahwa dia tetap ingin sahur. Katanya, puasa itu sehat, dan dia akan berdoa kepada Allah agar segera diberi kesembuhan.

Masya Allah, dalam hati saya berucap, anak sekecil ini saja begitu istiqomah untuk menjaga ibadahnya, meski dalam kondisi sakit. Sementara kita yang sudah dewasa terlalu sering mencari alasan untuk tidak menjaga ibadah kita. Saya mau sih pergi haji asal duit sudah cukup. Saya siap sih shalat malam, asal besoknya boleh datang telat ke kantor. Saya mau bersedekah, kalau harta saya sudah banyak, dll, dsb.

Sahabatku, apakah waktu itu saya membiarkan Adit yang kurang sehat untuk tetap meneruskan puasanya? Meski puasa adalah salah satu ibadah unggulan bagi umat Islam, namun saya tidak membiarkan Adit tetap berpuasa. Paginya, karena demamnya belum turun, saya bujuk dia untuk sarapan dan minum obat. Akhirnya dia mau membatalkan puasanya setelah berkata, “Tapi janji Papa untuk membelikan roller blade tetap khan?”

Astaghfirullah, rupanya kebulatan Adit untuk tetap berpuasa adalah karena janji saya itu. Ya, di awal bulan puasa, untuk mendidik anak-anak saya berpuasa penuh, saya memang menjanjikan untuk membelikan mereka roller blade. Dengan syarat, puasanya harus penuh sebulan, tidak boleh ada yang bolong. Rupanya Adit memaksakan diri untuk tetap berpuasa meski kondisi kesehatannya kurang bagus, karena tidak mau kehilangan janji saya. Dengan kata lain, dia tetap ingin dibelikan roller blade, meski puasanya tidak penuh. Apakah ada yang salah dengan langkah yang diambil Adit? Atau mungkin malah janji yang saya berikan?

Saya merasa keduanya sah-sah saja untuk dilakukan. Bukankah Allah menciptakan jin dan manusia untuk taat kepada-Nya, juga dipenuhi dengan janji-janji seperti ini? Bukankah Allah menjanjikan surga bagi umatnya yang taat pada perintah-Nya. Dan Allah juga telah menyediakan neraka bagi mereka yang melanggar larangan-Nya. Pertanyaannya adalah, kenapa sebagai umat-Nya, kita terlalu sering mengabaikan janji-janji-Nya tadi. Dengan sengaja kita tak mengindahkan perintah-Nya, atau malah kerap kali kita terang-terangan melanggar larangan-Nya. Kenapa Adit sangat percaya pada janji saya, yang notabene adalah papanya, sementara kita (kadang) kurang percaya kepada janji Allah, yang jelas-jelas telah menciptakan kita.

Menurut saya jawabannya sederhana saja. Bagi Adit, sebagai papanya, ‘kehadiran’ saya ini sangatlah nyata. Sekali lagi, sebagai papanya, saya bisa memberi atau mengambil sesuatu darinya. Saya bisa memberi dia hadiah atau sebaliknya menghukumnya tergantung dari apa yang dilakukannya. Dan selama enam tahun usianya, dia sudah mengalami semua hal tadi. Itulah alasan kenapa dia sangat meyakini janji saya. Hanya dengan menjanjikan untuk tetap membelikan roller blade, meski dia tidak berpuasa selama sakit, akhirnya dia mau membatalkan puasa dan minum obat.

Sahabatku, coba kita tengok diri kita sekarang. Coba tanya diri kita masing-masing, apakah kita meyakini kehadiran Allah, seyakin Adit meyakini kehadiran saya, papanya? Apakah kita sudah menyadari bahwa selama sekian puluh tahun usia kita ini, Allah-lah yang telah mencukupi semua kebutuhan kita. Bahwa hanya Dialah yang mampu memberi dan atau mengambil sesuatu dari kita, bahkan dalam waktu yang sangat singkat. Masih ingatkah pada seorang artis yang sangat-sangat tenar, dan kemudian esoknya harus mendekam di penjara, gara-gara dia mengabadikan perbuatan tak senonohnya sendiri. Menurut Anda, siapa yang membuat dia menjadi tenar sekali seperti itu? Ayahnya? Ibunya? Managernya? Atau fansnya? Kalau memang benar, maka kemanakah mereka semua itu, ketika Allah berkehendak lain? Seringkali kita mengakui bahwa Allah itu ada, namun hanya sekedar ada, 'exist'.

Sabar, jangan Anda menuduh bahwa saya tidak mengakui keberadaan Allah. Karena hanya mengakui kalau Allah itu ada saja ternyata tidaklah cukup. Berapa banyak orang yang meyakini bahwa Allah itu ada, namun korupsi tetap jalan terus. Ya saya percaya bahwa Allah itu ada, namun tetap memperlakukan bawahan dengan semena-mena. Tetap mencuri. Tetap memaki. Tetap berzina. Karena Allah hanyalah ada di tempat-tempat ibadah, namun tidak ada di jalanan, di kantor-kantor. Allah hanya ada di masjid dan mushola.

Seharusnya kita selalu membawa Allah kemanapun kita pergi. Ada sebuah hadits yang mengatakan bahwa Allah itu keberadaannya sedekat dengan urat leher kita. Ya, hadirkan Allah di dalam hati kita, bukan sekedar ada. Allah harus HADIR dalam seluruh sendi kehidupan kita. 'Present'. Arti lain present adalah hadiah, maka jadikanlah Allah sebagai hadiah terindah dalam hidup dan kehidupan kita.

Sahabatku, berikut ada sebuah cerita lagi yang semoga bisa lebih menginspirasi kita semua.

Seorang pria datang ke sebuah barber shop untuk memotong rambut dan merapikan brewoknya. Si tukang cukur mulai memotong rambut konsumennya dan terlibat pembicaraan yang mulai menghangat. Mereka membicarakan banyak hal dan berbagai variasi topik pembicaraan, dan sesaat kemudian topik pembicaraan beralih tentang Tuhan.

Si tukang cukur bilang, "Saya tidak percaya Tuhan itu ada".

"Kenapa Anda berkata begitu ?" timpal pria tersebut.

"Begini, coba Anda perhatikan di depan sana, di jalanan, untuk menyadari bahwa Tuhan itu tidak ada. Katakan kepadaku, jika Tuhan itu ada, adakah yang sakit? Adakah anak terlantar? Jika Tuhan ada, tidak akan ada sakit ataupun kesusahan. Saya tidak dapat membayangkan Tuhan Yang Maha Penyayang akan membiarkan ini semua terjadi."

Pria tersebut diam untuk berpikir sejenak, tapi tidak merespon karena dia tidak ingin memulai adu pendapat yang tidak berimbang. Si tukang cukur menyelesaikan pekerjaannya dan pria tersebut pergi meninggalkan barber shop tadi. Beberapa saat setelah dia meninggalkan ruangan itu dia melihat ada orang di jalan dengan rambut yang panjang, berombak kasar mlungker-mlungker ,istilah jawa-nya, kotor dan brewok yang tidak dicukur. Orang itu terlihat kotor dan tidak terawat.

Pria tadi berbalik ke barber shop dan berkata, "Anda tahu, sebenarnya tukang cukur itu tidak ada."

Si tukang cukur tidak terima, "Anda kok bisa bilang begitu?. Saya di sini dan saya tukang cukur. Dan baru saja saya mencukur Anda!"

"Tidak!" elak pria tersebut. "Tukang cukur itu tidak ada, sebab jika ada, tidak akan ada orang dengan rambut panjang yang kotor dan brewokan seperti orang yang di luar sana", pria tadi menambahkan.

"Ah tidak, tapi tukang cukur tetap ada!", sanggah si tukang cukur. Apa yang Anda lihat itu adalah salah mereka sendiri, kenapa mereka tidak datang ke saya", jawab si tukang cukur membela diri.

"Cocok!”, kata pria tadi menyetujui. "Itulah point utamanya!.”

“Sama dengan Tuhan, TUHAN ITU JUGA HADIR! Tapi apa yang terjadi? Orang-orang TIDAK MAU DATANG kepada-NYA, dan TIDAK MAU MENCARI-NYA. Oleh karena itu banyak yang sakit dan tertimpa kesusahan di dunia ini."

Si tukang cukur terbengong dan tidak bisa berucap satu patah katapun !!!!

Sahabatku, Allah selalu HADIR, dan akan SELALU HADIR, tinggal kitanya saja mau datang kepada-Nya atau tidak? Maka Rumi menyindirnya dengan kutipan di atas.

'Aku hadir, tapi engkau lupa untuk datang!'


Tabik

-haridewa-
Happy Counselor



BLANTERLANDINGv101
Formulir Kontak Whatsapp×
Data Anda
Data Lainnya
Kirim Sekarang