Meski dalam situasi lockdown seperti ini, namun ibadah dan pembelajaran mesti jalan terus. Karena tidak bisa shalat tarawih di mesjid, cukuplah shalat tarawih di rumah. Fatwa para ulama sudah menyatakan bahwa keutamaan shalat di rumah dalam kondisi darurat ini tetaplah sama dengan shalat di masjid. Bedanya adalah khotbah tarawih yang tak kita dapatkan ketika shalat tarawih di rumah.
Namun usah risau dengan kondisi ini, sekarang khotbah online ada dimana mana. Asalkan paket internet kita mencukupi, tinggal pilih mau mencari khotbah dengan topik apa.
Malam ini, tak sengaja saya mendapatkan kiriman khotbah dari satu grup yang menampilkan Ust Ir. Adiwarman Awar Karim, SE sebagai khotibnya. Ustadz yang juga seorang ekonom ini menceritakan sejarah perekonomian Islam yang sangat fenomenal pada masa awal tahun hijriah. Anda tentu sudah sering mendengar tokoh ekonom Islam waktu itu, yaitu Abdurahman bin Auf, yang terkenal dengan ucapannya, "Tunjukkan di mana pasar, akan aku tunjukkan cara umat Islam berdagang"
Dan berikut ini saya rangkumkan teknik dagang ala Abdurahman bin Auf menurut cerita Ust Adiwarman tersebut:
1. Jujur adalah syarat pertama yang mencerminkan pengusaha muslim. Jujur ada dua jenis.
- Jujur kepada Allah atau disebut shiddiq. Shiddiq artinya benar. Bukan hanya perkataannya yang benar, tapi juga perbuatannya juga benar. Sejalan dengan ucapannya.
- Jujur kepada manusia atau amanah. Amanah artinya benar-benar bisa dipercaya. Jika satu urusan diserahkan kepadanya, niscaya orang percaya bahwa urusan itu akan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya
2. Cerdas, jujur saja tidaklah cukup tanpa kecerdasan. Cerdas juga dibagi dua, yaitu
- Fathonah atau memahami ilmu perdanganan dan situasi terkini.
- Tabliq atau mampu berkomunikasi kepada orang lain dengan baik sehingga meyakinkan mereka untuk berkolaborasi dengan kita
3. Khoirunnas anfa uhum linnas. Bisnis jangan hanya mau mencari untung. Berbisnislah agar bisa memberi manfaat ke orang lain. Karena sebaik-baiknya manusia adalah mereka yang paling bermanfaat untuk sesamanya. Jangan takut juga bersaing, apalagi malah mematikan rejeki pihak yang dianggap kompetitor tadi. Karena rejeki Allah sangatlah berlimpah dan lebih dari cukup untuk diberikan kepada mereka yang mau berusaha.
4. Jangan bangga dengan sukses yang kita capai dan merasa bahwa kesuksesan itu adalah hasil kita sendiri. Ada sebuah hadits yang berbunyi: "man lam yasykur an-nas lam yasykur Allah”
Siapa yang tidak mensyukuri manusia maka dia tidak mensyukuri Allah.
(HR. Abu Daud dan At-Turmuzi).
Hadis ini antara lain berarti bahwa siapa yang tidak pandai berterimakasih (bersyukur) atas kebaikan manusia yang telah mendukungnya, maka dia pun tidak akan pandai mensyukuri nikmat Allah karena kebaikan orang lain yang diterimanya itu bersumber dari Allah juga.
Nathaniel Lambert, pakar psikologi dalam jurnal Psychological Science mengatakan, ”Saat kita mengekspresikan rasa terima kasih kepada seseorang, kita akan lebih fokus pada hal-hal baik yang telah dilakukan orang itu kepada kita. Hal ini akan membuat kita lebih fokus pada hal-hal positif dalam hubungan kita dan dia.”
Singkat cerita pasar yang dibangun oleh Abdurahman bin Auf mulai membesar dan mengalahkan dominasi ekonomi pasar Yahudi waktu itu.
Sahabatku yang berbahagia, masa memang telah berbeda, namun saya yakin teknik berdagang ala Abdurahman bin Auf ini masih bisa kita amalkan sampai sekarang.
Sila tebar jika manfaat
Tabik
-haridewa-
Happiness Life Coach