Sabtu, minggu yang lalu akhirnya berhasil juga bertemu dengan calon klien yang sudah beberapa kali urung untuk mengajak anaknya berjumpa dengan saya. Menurut saya situasi yang dihadapi orangtua ini jamak terjadi pada orangtua lain di jaman now ini. Anak yang mogok sekolah dengan satu dan beberapa alasan. Jadi ceritanya klien saya kali ini adalah seorang anak lelaki bungsu kelas 6 SD yang sudah beberapa hari tidak mau bersekolah.
Saya awali proses terapi menggunakan ego state therapy. Saya posisikan anak dan bunda tadi duduk di sofa bersebelahan sementara saya duduk di depan mereka. Kemudian saya minta sang Bunda menceritakan masa kecil ananda yang penuh kelucuan. Maka dengan gegap gempita sang Bunda bercerita.
Tentang bahagianya ketika dikaruniai anak lelaki. Tentang lucunya ananda ketika kecil. Kebanggaannya ketika ananda menjuarai sebuah lomba di TK dan beberapa hal lain. Wajah bunda berseri-seri dan ketika saya lirik ananda juga ikut berseri. Saya minta sang Bunda untuk menyatakan kebahagiaan dan kebanggaannya. "Kamu itu anak hebat anakku. Mama bangga kepadamu!"
Wajah anandapun makin berseri.
Kemudian saya minta sang Bunda untuk bercerita apa yang terjadi belakangan ini. Wajah sang bunda menjadi mendung. Sambil bercerita bahwa sudah beberapa hari ini ananda tidak mau bersekolah, air matanya mulai menetes. "Saya tidak tahu bakal jadi apa anak lelaki saya kalau baru kelas 6 SD saja sudah berhenti sekolah Pak Hari. Padahal saya mendambakan dia bisa jadi anak sholeh, yang berguna untuk orangtuanya, agama serta negaranya"
Air mata sang Bunda sudah mengalir deras bak air hujan jatuh ke pelimbahan. "Saya sedih Pak Hari menerima kenyataan ini. Padahal apapun kami bisa berikan asal dia mau sekolah lagi dan mau menggapai cita-citanya"
Saat itu saya lirik sang anak juga sudah mulai meneteskan air matanya. Dia sudah trance. Ini saat yang tepat untuk saya masuk. Saya berjongkok di depan ananda, sambil mengangsurkan sebuah tisu, saya elus tengkuknya dan berkata,
"Mas dengar yang dikatakan Mama?"
Dia mengangguk
"Mas senang Mama bersedih seperti ini?"
Dia menggeleng
"Mas tahu apa yang bisa membuat Mama senang dan bangga?"
Dia mengangguk lagi.
"Dan apa kira-kira yang bisa membuat Mama senang dan bangga?"
"Saya sekolah lagi" dia menjawab
"Mau Om Hari bantu?"
"Mau" dia menjawab lirih
Dia mengangguk
"Mas senang Mama bersedih seperti ini?"
Dia menggeleng
"Mas tahu apa yang bisa membuat Mama senang dan bangga?"
Dia mengangguk lagi.
"Dan apa kira-kira yang bisa membuat Mama senang dan bangga?"
"Saya sekolah lagi" dia menjawab
"Mau Om Hari bantu?"
"Mau" dia menjawab lirih
Adzan ashar bergaung dari masjid sebelah kantor kami di bilangan Tanah Abang, maka sesi terapi di-skors sejenak untuk menjalankan kewajiban shalat lima waktu.
***
***
Selesai shalat saya lanjutkan sesi terapi bersama ananda. Entah dia mendapat informasi dari mana mengenai hipnosis namun dia tidak bersedia untuk duduk di kursi terapi dan saya ajak relaksasi. Dia hanya mau duduk di sofa pendamping dan ngobrol saja.
HD : "Jadi masih mau Om bantu khan Mas?"
Klien (K): "Mau Om tapi gak mau dibuat tidur"
HD: "Baiklah kalau demikian. Cita-cita Mas nanti kalau besar mau jadi apa?"
K: "Pemain piano profesional Om"
HD: "Bagus. Kalau Om boleh tahu apa alasan Mas pingin jadi pianis?"
K: "Sepertinya keren Om. Sama duitnya banyak"
HD: "Oo jadi kalau jadi pianis itu keren terus duitnya banyak ya? Nah, menurut Mas, pianis itu pintar gak?"
K: "Engg pintar kali Om"
HD: "Kalau yang profesional ya pasti pintar Mas. Tahukah Mas bagaimana caranya supaya pintar?"
K: "Ngg sekolah ya Om?"
HD: "Lha menurut Mas kalau gak sekolah bakal pintar atau bodoh?"
K: "Nggg bodoh Om"
HD: "Kalau bodoh bisa jadi pianis gak?"
K: "Gak bisa Om?"
HD: "Jadi apa paling?"
K: "Kayak Om Fulan (bukan nama sebenarnya), jadi sopir Papa"
HD: "Om Fulan duitnya banyak gak?"
K: "Sedikit Om"
HD: "Kamu mau seperti Om Fulan?"
K: "Gak lah Om!"
HD: "Terus, gimana caranya?"
K: "Aku mau sekolah Om!"
HD: "Kapan?"
K: "Senin Om"
HD: "Bagus"
***
Klien (K): "Mau Om tapi gak mau dibuat tidur"
HD: "Baiklah kalau demikian. Cita-cita Mas nanti kalau besar mau jadi apa?"
K: "Pemain piano profesional Om"
HD: "Bagus. Kalau Om boleh tahu apa alasan Mas pingin jadi pianis?"
K: "Sepertinya keren Om. Sama duitnya banyak"
HD: "Oo jadi kalau jadi pianis itu keren terus duitnya banyak ya? Nah, menurut Mas, pianis itu pintar gak?"
K: "Engg pintar kali Om"
HD: "Kalau yang profesional ya pasti pintar Mas. Tahukah Mas bagaimana caranya supaya pintar?"
K: "Ngg sekolah ya Om?"
HD: "Lha menurut Mas kalau gak sekolah bakal pintar atau bodoh?"
K: "Nggg bodoh Om"
HD: "Kalau bodoh bisa jadi pianis gak?"
K: "Gak bisa Om?"
HD: "Jadi apa paling?"
K: "Kayak Om Fulan (bukan nama sebenarnya), jadi sopir Papa"
HD: "Om Fulan duitnya banyak gak?"
K: "Sedikit Om"
HD: "Kamu mau seperti Om Fulan?"
K: "Gak lah Om!"
HD: "Terus, gimana caranya?"
K: "Aku mau sekolah Om!"
HD: "Kapan?"
K: "Senin Om"
HD: "Bagus"
***
Selanjutnya saya ajarkan dia membuat cita-cita yang powerful (WFO), sbb:
"Aku yakin atas ijin Allah aku sudah menjadi menjadi seorang pianis profesional pada tahun 2028 dengan penghasilan minimal 100 juta per bulan. Aku mulai langkahku ini dengan kembali ke sekolah hari senin besok. Alhamdulillah"
***
***
Sahabatku yang berbahagia, mungkin ada di antara Anda yang bertanya-tanya kenapa saya tidak mencari akar masalah ananda tadi atau kenapa saya tidak membawa dia ke kondisi deep sleep agar bisa melakukan intervensi Pikiran Bawah Sadarnya?
Setelah sekian lama berpraktik sebagai hipnoterapis profesional maka saya cenderung mengacu pada pendekatan Brief Therapy yang jarang mengorek masa lalu dan justru berfokus pada masa depan. Maka alih alih mencari problem kenapa anak tadi tidak mau bersekolah, saya justru mengajarkan dia untuk menyusun sebuah cita-cita yang powerful.
Pikiran anak-anak usia SD seperti itu juga masih lebih sering berada pada gelombang alfa, sehingga sebenarnya kita tak perlu repot-repot melakukan induksi. Tinggal kita cari sebuah kondisi unik yang bisa kita terima dan langsung bisa dimanfaatkan saja (accept n utilize).
Dalam kasus di atas adalah kondisi riang atau haru biru ketika dia mendengar cerita Mamanya. Dari pengalaman saya semua anak akan merasa senang ketika Mamanya mau menceritakan masa kecilnya. Tugas kita sebagai terapis adalah selalu peka dan masuk ketika memang dibutuhkan, karena pada dasarnya terapis terbaik untuk anak tetaplah orang tua mereka.
Semoga bermanfaat
Salam Bahagia
Tabik
- haridewa -
Professional Hypnotherapist
Happiness Life Coach
WA: 08179039372
FB: Hari Dewanto
- haridewa -
Professional Hypnotherapist
Happiness Life Coach
WA: 08179039372
FB: Hari Dewanto