Melalui pengamatan yang mendalam kepada terapis kelas dunia seperti Firtz Perls, Virginia Satir, dan Milton Erickson, dua genius ini berhasil menciptakan sebuah teknik pemberdayaan diri yang sangat luar biasa, yaitu Neuro Linguistic Programming (NLP).
Mereka adalah Richard Bandler, seorang mahasiswa matematika dan John Grinder, seorang professor Linguistic. NLP terdiri dari tiga kata yang tidak biasa disandingkan, sbb:
Neuro sederhananya adalah cara berpikir. Cara mengambil informasi dari dunia luar, cara memfilternya, cara memproses informasi, cara memproduksi tindakan, dan lain-lain. Dalam ‘neuro’ terdapat berbagai hal yang menjadi referensi kita berpikir dan bertindak, yang disebut 'Peta Realita' dan 'Model Dunia'.
Keduanya berdasarkan apa yang pernah kita pelajari dan ketahui sepanjang hidup, karena itu bersifat subyektif. Dengan merubah cara berpikir atau cara kita memproses informasi, memperluas peta realita, memperkaya model dunia, kita pun merubah perilaku dan merubah hasil kita.
Linguistic adalah bahasa. Cara memproses bahasa yang kita inderakan, dan bahasa yang kita pakai baik secara internal (inner talk) atau eksternal (berbicara). Bahasa memengaruhi pikiran, dan bahasa dipengaruhi cara berpikir. Mengubah cara kita memproses bahasa dan berbahasa, kita pun mengubah tindakan kita, dan mengubah pula hasil kita.
Programming adalah berbagai program atau strategi kita dalam berpikir dan berperilaku. Ini adalah tahapan-tahapan kita dalam berpikir dan bertindak. Ada strategi yang efektif ada yang tidak. Perubahan hasil sangat tergantung dari program atau strategi kita. Ubah strategi, ubah hasil.
NLP singkatnya adalah teknologi berpikir, berbahasa, berstrategi, bertindak, untuk mencapai hasil yang kita inginkan. Dalam NLP terdapat berbagai konsep, teknik, dan tools untuk itu. Salah satu tools yang powerful untuk melakukan proses belief changing adalah Anchor.
ANCHOR
Perilaku manusia mengikui pola stimulus-respon, dimana perilaku manusia dipicu oleh stimulan tertentu. Di NLP ini dipelajari melalui struktur internal, yakni apa yang mengawali sebuah perilaku, misalnya apa yang dilihat, didengar, dialami, dll.
Perilaku manusia mengikui pola stimulus-respon, dimana perilaku manusia dipicu oleh stimulan tertentu. Di NLP ini dipelajari melalui struktur internal, yakni apa yang mengawali sebuah perilaku, misalnya apa yang dilihat, didengar, dialami, dll.
Pemicu yang telah terbentuk untuk sebuah perilaku secara berulang atau yang menjadi habit (entah dianggap baik atau buruk - dalam bahasa NLP: bermanfaat atau tidak), disebut sebagai Anchor. Misalnya secara habit, dengan melihat sesuatu seseorang menjadi takut. Atau dengan mendengar sesuatu, seseorang menjadi percaya diri.
Anchor tercipta bisa secara tidak disadari, bisa juga dikreasikan secara sengaja. Anchor dikenali, dievaluasi, diruntuhkan, atau diciptakan, menggunakan kelima indera, sebagai komponen internal strukturnya.
Dengan memanfaatkan teknik anchoring, maka kita bisa memanggil ulang sebuah state (kondisi pikiran) yang pernah dialami di masa lalu dengan instant guna keperluan tertentu.
Misal kita membutuhkan state PD ketika ingin melakukan presentasi, maka setelah menciptakan sebuah anchor PD (dengan urutan cara tertentu), kapanpun kita memicu anchor PD ini, dengan instant kita bisa langsung merasa Percaya Diri, dan mampu melakukan presentasi dengan baik.
Dalam pelatihan NLP Basic beberapa waktu yang lalu saya mendemonstrasikan pembuatan serta pemicuan teknik ini. Agar hasilnya kelihatan nyata maka saya membuat contoh yang agak ekstrim. Saya membuat anchor mabuk untuk salah satu peserta.
Saya tanya dulu apakah peserta ini pernah memiliki pengalaman mabuk (minum minuman keras), dan menurut pengakuannya dia sudah lima tahun ini tidak mengkonsumsi alkohol lagi. Artinya dia pernah mabuk, hehehe. Kemudian saya tanya lagi apakah dia masih ingat pengalaman terakhirnya minum alkohol.
"Masih ingat", demikian pengakuannya.
Nah, saya kemudian meminta dia bercerita mengenai pengalaman terakhirnya tersebut. Sambil dia bercerita saya membuat tiga titik anchor pada siku bagian dalam lengan kirinya. Masing-masing titik berjarah satu jari dengan titik awal pada sambungan lengan atas dan lengan bawah tersebut. Saja beri nama saja titik bawah, tengah, atas.
Saya mulai menciptakan titik bawah terlebih dahulu. Caranya adalah dengan meminta dia menceritakan pengalaman ketika hanya mabuk ringan. Sambil saya amati raut wajahnya ketika dia bercerita, sampai ketika tanda-tanda trance sudah muncul maka saya tekan titik bawah tadi. Satu anchor tercipta. Kemudian saya minta dia untuk menceritakan pengalaman mabuk yang lebih parah dari sebelumnya. Ketika dia sudah mulai tertawa sambil bercerita, saya tekan titik tengah. Begitu juga dengan penciptaan titik atas. Saya ulangi bebarapa kali proses penciptaan anchor ini sampai yakin bahwa semua titik sudah menyimpan sensasi mabuk yang pernah dialami oleh kawan tadi. Kemudian saya lakukan break state dengan menanyakan makanan favoritnya.
"Saya paling suka makan rawon, pedas pedas Pak. Apalagi kalau hari sedang hujan", jawab kawan tadi. Begitu dia selesai bercerita, tanpa dia sadari saya menekan titik rendah sejenak, kemudian menggeser tekanan tadi ke arah titik tengah dan atas. Kawan tadi terkesiap, menarik nafas, dan tiba-tiba saja wajahnya memerah. Dia mengerjapkan matanya beberapa kali sambil menggeleng-gelengkan kepalanya seolah melawan sensasi yang sedang dialaminya. Kemudia dia tertawa.
"Kenapa Mas?", tanya saya
"Hehehe, gak ppa ppa kok. Ssaya ijin ke ttoilet dulu ya Pak", jawab kawan saya tadi dengan nada seperti sedang mabuk. Dan semua peserta lain menyaksikan dia sempoyongan ketika beranjak menuju kamar kecil.
"Kenapa Mas?", tanya saya
"Hehehe, gak ppa ppa kok. Ssaya ijin ke ttoilet dulu ya Pak", jawab kawan saya tadi dengan nada seperti sedang mabuk. Dan semua peserta lain menyaksikan dia sempoyongan ketika beranjak menuju kamar kecil.
Wow, kawan kita ini rupanya mengalami sensasi mabuk parah, setelah anchor mabuk tadi saya picu.
Beberapa waktu berlalu, dan tiba-tiba terdengar gedoran dari toilet. Waduh, mabuk benar kawan ini, pikir saya. "Kenapa Mas?", saya susul dia ke kamar kecil. "Annu Pak. Kok pintunya gak bisa dibuka. Saya dorong-dorong kok gak bisa?", jawabnya dari dalam toilet masih dengan nada fly. "Lha jelas gak bisa kalau didorong Mas. Kalau masuknya didorong, ya keluarnya ditarik dong", jawab saya.
Hehehe, maafkan kawan saya tadi ya, namanya juga lagi tinggi.
Kembali ke kelas, segera saya menetralisir sensasi mabuk tadi.
***
***
Sidang Pembaca yang berbahagia, teknik tadi merupakan salah satu varian dari Anchoring yang dikenal sebagai Sliding Anchor.
Namun apakah sliding anchor hanya bisa digunakan untuk mendapatkan sensasi mabok? Tentu saja tidak. Selama kita memiliki memori atas sebuah state, maka kita bisa juga menciptakan anchor memanggil memori tersebut. Misal, Anda ingin bisa khusyuk dengan instant setiap kali melakukan ritual ibadah. Bisa shalat, dzikir, membaca Al Quran atau yang lainnya. Bagaimana cara melakukannya? Sama persis dengan proses penciptaan anchor mabuk di atas.
Dan karena hidup ini adalah sebuah pilihan, maka pilihan Andalah untuk mabuk, atau Khusyuk.
Tabik
- haridewa -
- haridewa -