Allahu Akbar Allahu Akbar Wallilah Ilham
Tanpa terasa ujian ramadhan telah genap satu bulan. Takbir, tahmid, tahlil telah berkumandang. Memecah keheningan malam, mengantar rasa syukur pada-Nya.
Esok pagi menyambut hari yang fitri, hari lebaran 1436 H
L-ive is go on,
E-verything reborn again,
B-ut
A-ll of the sin &
R-egret still inside in me,
A-nd I wanna say
N-othing but taqobbalallahu minna waminkum
Ada rasa gembira karena telah memenangkan pertempuran sebulan penuh. Namun ada jua kesedihan karena belum tentu bisa bertemu lagi dengan bulan penuh rahmat itu.
Setiap kali lebaran tiba selain takbir yang berkumandang tanpa kenal lelah, juga ucapan saling memaafkan kepada sanak saudara, kerabat, tetangga serta handai tolan. Meski dalam Islam sendiri tidak ada perintah khusu mengenai hal ini namun budaya timur kita telah turun temurun mengajarkan saling memaafkan di hari nan fitri ini.
Dan seiring dengan perkembangan jaman serta teknologi komunikasi maka terjadi pergeseran dalam pengamalan budaya ini. Jika dulu setiap lebaran tiba maka kita akan saling mengunjungi dan kemudian bersalaman untuk saling meminta maaf atau memaafkan. Untuk keluarga atau handai tolan yang jauh lokasinya maka kita akan saling berkirim kartu lebaran baik melalui pos atau cara pengiriman lainnya. Sejak awal ramadhan biasanya kita telah berburu kartu lebaran atau membuat sendiri agar lebih terasa personal. Kemudian kita akan merancang kata-kata yang bagus atau minimal pantas dan sesuai dengan penerima kartu tersebut. Kita akan menandatangani kartu itu satu persatu dengan penuh perasaan. Rasa puas tergambar pada diri kita ketika kartu tersebut telah sampai ke tujuan. Menggunakan sebuah kartu lebaran, meskipun kita tidak hadir saat lebaran namun syahdunya masih bisa terasa.
Lain dulu lain pula sekarang. Tidak ada lagi perburuan kartu lebaran atau pembuatan sendiri. Semua mengikuti budaya praktis dan ekonomis. Dengan adanya gadget di hampir semua tangan masyarakat kita maka ucapan lebaran menjadi sangat simpel dan seperti kehilangan ruhnya. Menjelang lebaran seperti sekarang ini setiap kita tentunya telah siap dengan salam lebaran di gadget masing masing. Tak peduli lagi tetangga, saudara atau handai tolan yang jauh, semua menjadi sasaran salam lebaran nan canggih ini. Mulai dari SMS, BBM, whats app, Kakao Talk, we chat dan seabrek nama lainnya akan mengalami peak traffic selama beberapa hari ini. Parahnya lagi semua salam lebaran itu terbang lalu lalang dalam format BC alias Broadcast. Tak ada personalisasi nama atau tandatangan pengirimannya. Semua tinggal copy and paste. Sangat simpel dan tanpa ruh. Only single finger needed.
Pertanyaan yang muncul di kepala saya adalah sebenarnya salam lebaran ini ditujukan kepada saya atau gadget saya sih? Bila ada salam lebaran masuk ke BBM saya dalam warna maroon (yang artinya adalah BC) biasanya akan saya cuekin saja. Karena saya beranggapan bahwa salam lebaran itu bukan untuk saya melainkan untuk gadget saya. Jika warnanya hitam meskipun tanpa ada nama saya di sana maka saya akan menjawabnya lengkap dengan ucapan terima kasih dan menuliskan nama pengirim. Saya sendiri selalu berhati-hati dalam hal ini. Saya masih mencoba menuliskan nama pengirim dan nama saya sesuai dengan panggilan yang biasa dilakukan orang tersebut kepada saya.
Maaf Kawan, bukan bermaksud sombong atau sok kalau saya membuat tulisan ini. Saya hanya ingin mengembalikan budaya salam lebaran yang penuh dengan ruh dan kesyahduan yang saya rasakan ketika saya kecil. Masih ada waktu kok untuk tetap menjaga kesyahduan itu dengan cara:
1. Tetap memberikan personalisasi (tuliskan nama penerima) dalam salam lebaran digital kita.
2. Usahakan untuk melakukan cek n ricek nama penerima sebelum menekan tombol send. Jangan sampai nama di redaksi bapak A namun terkirim ke ibu B.
3. Kalau mengcopy salam lebaran dari orang lain, pastikan Anda sudah mengganti nama pengirim dengan nama Anda.
4. Pastikan juga mengganti tahun lebaran nya dengan 1436 H
5. Jika ingin memulai dengan salam keselamatan tuliskan minimal assalamualaikum jangan hanya ass karena artinya sangat berbeda
6. Meski telah mengirim salam lebaran digital namun usahakan untuk tetap mengunjungi tetangga, saudara atau handai tolan yang terjangkau
Maaf jika ada kata yang kurang berkenan.
Tabik
-haridewa-
Alhamdulillahbesoklebaran