NaZaMWZcMGZ8LGZ7MGxaNGtaLDcsynIkynwbzD1c

EEDC

BLANTERLANDINGv101
3034015059065731839

EEDC

31/12/16

Selama ini mungkin Anda semua sudah familiar dengan akronim AADC alias Ada Apa Dengan Cinta. Yah, karena film AADC merupakan salah satu pembangkit perfilman Indonesia yang sekian lama sempat semaput. Namun, apa pula EEDC itu bah? Mohon maaf, kalau Anda memang belum pernah mendengar istilah ini, karena ini juga hanyalah akronim buatan saya sendiri. EEDC singkatan dari (maaf) EE Di Celana. Kenapa kok tiba-tiba saya membuat tulisan dengan judul ini?

Setiap hari saya berkendara Bogor-Jakarta karena rumah saya di Bogor sementara kantor berada di Jakarta. Saya yakin banyak juga orang yang senasib sepenanggungan dengan saya. Rumah berada di kota satelit Jakarta (Bogor, Bekasi, Depok, Tangerang, Karawaci dll), sementara kantor berada di Jakarta. Ada kalanya dalam perjalanan yang hampir setiap hari mengalami kemacetan atau paling tidak mengalamai hambatan justru di jalan bebas hambatan itu, saya dan para pelaju itu mendapat dorongan alam untuk segera ke WC. Mungkin bagi Anda yang belum pernah mengalami hal seperti ini akan menertawakan kondisi kami yang sangat mengenaskan ini. Duduk tidak nyaman, menyetirpun tidak fokus. Serba gelisah (salah salah bisa menjadi benar-benar geli geli basah.. J). Nah, kalau Anda sudah merasa ada yang basah itu berarti Anda sudah mengalami fenomena EEDC tadi. Sakit perut yang dalam situasi berbeda bisa dianggap sepele bisa menjadi bencana luar biasa karena semua planing kita menjadi hancur berantakan gara-gara EEDC tadi. Mau berhenti tidak bisa karena jalanan masih macet, lanjut ke kantor juga tak mungkin dengan kondisi ‘mengenaskan’ seperti ini. Kalau Anda berhasil membayangkan situasi sulit ini, tentu Anda akan berhenti tertawa, sekarang.
***

Saya mempunyai beberapa jurus jitu untuk menangani situasi genting ini:
 
1. Berdoa
Dalam kondisi yang bagi saya sangat urgent dan important tadi, kepada siapa lagi saya meminta kalau tidak kepadaNya. Biasanya saya akan berdoa sebagai berikut, “Ya Allah, perut saya mulai mulas. Saya ikhlas dengan keadaan ini, namun saya perlu segera ke toilet. Dan di depan sana, kira-kira 2 kilometer ada perhentian yang ada toiletnya. Tolong tahankan dorongan ini sampai di sana. Hanya kepada Engkau hamba berlindung, dan hanya kepada Engkaulah hamba mohon pertolongan”. Pertama yang kita lakukan adalah mengikhlaskan keadaan ini, untuk kemudian meminta dengan detail.

2.  Membujuk diri sendiri
Ketika kita sudah dengan khusyuk berdoa, namun dorongan alam itu masih terasa kencang, maka ini saatnya kita menggunakan jurus kedua, yaitu membujuk diri sendiri. Maksudnya apa? Pada dasarnya semua manusia menginginkan kenikmatan dan kenyamanan. Nah, mengacu pada prinsip itu, maka ketika dorongan alam itu masih terasa, saya akan melakukan self-talk sbb: ”Sabarlah wahai perut, toilet yang ada di perhentian itu kotor sekali. Sudah begitu repot sekali kalau harus melepas celana, terus berjongkok. Baunyapun minta ampun. Lebih baik, kau tahan sedikit dorongan ini sampai kantor. Ingat khan, toilet di kantor demikian bersihnya, wangi. Kita bisa duduk manis sambil memejamkan mata atau sekedar membalas bbm. Untuk ceboknyapun tinggal memutar keran, tangan tidak kotor. Nyaman khan?” Hehehe, mohon maaf bagi yang toilet kantornya tidak senyaman itu. Suatu saat Anda ingin berpindah kantor, mungkin Anda harus juga mempertimbangkan kondisi toiletnya…

Alhamdullillah, sampai sekarang saya belum pernah mengalami EEDC dan selalu selamat sampai kantor dengan tetap bersahaja.

Find The Happiness in YOU!

-haridewa-

27 Maret 2014

BLANTERLANDINGv101
Formulir Kontak Whatsapp×
Data Anda
Data Lainnya
Kirim Sekarang