NaZaMWZcMGZ8LGZ7MGxaNGtaLDcsynIkynwbzD1c

KIDAL BUKANLAH AIB

BLANTERLANDINGv101
3034015059065731839

KIDAL BUKANLAH AIB

06/09/20


M
asih membahas seseorang dengan dominansi tangan kiri dari lahir. Kidal. Beberapa tahun yang lalu saya pernah menangani satu klien kidal. Adalah orangtuanya yang membawa anak lelaki satu-satunya ke Cafe Therapy. Situasi yang dihadapi menurut orang tuanya adalah anak mereka mengalami gejala anti sosial. Dia tidak suka bermain bersama kawan, cenderung menutup diri dan lebih suka berkutat dengan laptop di kamar. Waktu itu dia baru menginjak semester 4 sebuah universitas swasta di Jakarta, mengambil bidang studi teknologi informasi. Secara akademis anak ini tergolong cerdas, terlihat dari nilai-nilai kuliahnya yang banyak memeroleh huruf A. Namun satu hal yang lebih membuat orangtuanya cemas adalah anaknya ini tidak mau lagi menjalankan kewajiban agama seperti sholat, puasa dll. 

Dalam sesi terapi, anak ini menunjukkan perilaku yang sangat sopan, terdidik, serta terbuka. Alasan dia tidak mau bersosialisasi adalah karena banyak kawan yang bermuka dua. Tidak ada satu kawanpun yang bisa dia percaya. Dan hal ini sudah dia rasakan semenjak dia duduk di bangku SD. 

Lalu bagaimanakah dia menyalurkan kebutuhan sosialnya? Rupanya dia sedang menekuni sub bidang AI (Artificial Intelligent), dan dia berencana untuk menciptakan android (robot manusia) sebagai masyarakat pendukungnya, sementara dia akan menjadi komandan para android tadi. Selesai sudah problem yang dia alami dari kecil. Tidak akan ada android yang bermuka dua. Semua akan tunduk pada perintahnya. 

Waduh, kok saya merasa klien ini sudah mengarah pada gejala psikosis ya. Di mana dia mengalami gangguan mental yang ditandai dengan diskoneksi dari kenyataan. 

Saya kemudian berusaha mencari tahu pemahamannya mengenai hipnosis, dan dia juga tidak percaya dengan segala omong kosong pikiran bawah sadar. Saya coba gali kemungkinan lain, apakah selama ini dia memiliki kawan virtual. Ajaibnya, jawabannya adalah punya. 

Baiklah, saya kemudian memanfaatkan kawan virtualnya untuk membantunya menceritakan apa niat baik dari semua situasi yang sedang dialaminya. Termasuk kenapa dia tidak mau shalat dan lain lain. 

Singkat cerita, dibantu oleh kawan virtualnya, terjadilah dialog masa lalu (regresi). Rupanya anak ini terlahir kidal. Dari kecil dia lebih suka menggunakan tangan kirinya untuk beraktifitas. Mulai dari mengambil benda, makan, minum, termasuk memegang mainan kesukaannya. Menurut sahabat virtualnya ini, momen paling menyakitkan terjadi ketika klien saya kecil mengambil makanan menggunakan tangan kiri, maka orangtuanya akan memukul tangan kiri itu sembari mengatakan bahwa itu tangan jelek. Hal itu terjadi berulang-ulang tanpa si anak tahu apa kesalahannya. Dia hanya tergerak untuk menggunakan tangan kiri, dan kenapa tangannya dipukul, ditambahin dengan label tangan jelek! 

Maka kemudian anak tersebut berusaha keras melatih tangan kanannya agar seimbang dalam melakukan aktifitas harian, termasuk ketika dia sudah mulai belajar menulis. Tentunya hal tersebut membutuhkan usaha yang tidak ringan. Namun anak tadi berhasil. Ketika masuk SD, dia sudah terbiasa menggunakan tangan kanannya.

Satu hal yang tidak disadari oleh orangtuanya adalah ternyata ada luka bathin dalam diri sang anak. Ketika dia masuk SMP dan mulai belajar anatomi otak manusia, dia mulai tahu kenapa dia dulu lebih suka menggunakan tangan kirinya. Pergolakan bathin anak ini semakin menjadi, karena tidak ada pihak yang bisa menjelaskan alasan orangtuanya mengatakan tangan kirinya adalah tangan jelek. Bukankah kedua belah tangannya diciptakan oleh Tuhan? Bukankah dia saat itu tidak tahu bahwa dia terlahir dengan dominansi otak kanan, sehingga dia cenderung menggunakan tangan kiri? Lalu kenapa dia disalahkan? Salahkan dong yang telah menciptakan dirinya. Dari sesi itu, saya mendapatkan alasan dia menjadi anti sosial dan anti agama. 

Dan ketika saya konfirmasikan kepada kedua orangtuanya, mereka mengakui kenyataan itu. Mereka memang merasa menyesal, namun dengan kondisi gejala psikosis yang dialaminya, saya akhirnya menyarankan untuk membawa anak mereka ke psikolog klinis atau psikiater. 

Cerita di atas merupakan salah satu klien yang tidak berhasil saya tangani dengan sempurna, namun saya mendapatkan pembelajaran yang sangat berharga.  Bahwa kidal hanyalah merupakan sebuah preferensi  pilihan penggunaan organ sebelah kiri akibat dominansi otak kanan. Dengan melatih organ kanan, bahkan seorang kidal akan mampu menggunakan tangan kanannya sama baik dengan tangan kiri. 

Bahwa kidal bukanlah sebuah cacat atau aib, sehingga bisa membuat malu para orang tua. Seseorang lebih suka menggunakan tangan kirinya, karena mereka memang kiri dari lahir. 

Semoga bermanfaat 

Tabik
-haridewa-
Happiness Life Coach
 
BLANTERLANDINGv101
Formulir Kontak Whatsapp×
Data Anda
Data Lainnya
Kirim Sekarang