NaZaMWZcMGZ8LGZ7MGxaNGtaLDcsynIkynwbzD1c

Blangkon dan Six Thinking Hat

BLANTERLANDINGv101
3034015059065731839

Blangkon dan Six Thinking Hat

05/08/20

"Pak Hari, kenapa suka pakai blangkon, atau topi fedora?", seorang peserta pelatihan online saya tetiba saja mengajukan pertanyaan ini dalam sesi tanya jawab kelas NLP. Seolah pertanyaan ini tidak ada hubungannya dengan materi pelatihan, namun senyatanya justru sangat erat. 
"Hehehe, sejujurnya tutup kepala ini berguna untuk mengkamuflase ukuran jidat yang semakin lebar", jawab saya sekenanya
"Tapi kenapa mesti blangkon dan topi fedora. Apa bedanya?", rupanya kawan tadi belum puas dengan jawaban saya. 
"Ooo kalau itu sih demi membedakan state saja. Kalau pakai blangkon itu artinya saya sedang belajar. Kalau pakai topi itu artinya saya siap mengajar"
"Saya perhatikan, beberapa kali di kelas online ini Anda memakai blangkon?"
"Itu artinya saya sedang belajar, mengajar di kelas online khan berbeda dengan kelas offline"
***

Sahabat pembelajar yang berbahagia, itu adalah sepenggal dialog saya dengan seorang peserta pelatihan NLP online beberapa waktu yang lalu. Lalu dimana hubungan pertanyaan itu dengan NLP? 

Artikel ini masih akan membahas mengenai state, atau ego state atau part. State sebenarnya adalah bagian dari diri kita yang aktif atau mengendalikan diri kita pada suatu saat tertentu. State berbeda menghasilkan perilaku berbeda. Saya sering menyebutnya sebagai organ virtual yang menentukan kesuksesan atau kegagalan kita. Dan analogi yang paling sering saya gunakan adalah aplikasi dalam handphone. Semakin canggih sebuah HP, maka semakin kompleks dan komplit aplikasinya. Berkat kompleksitas aplikasi inilah maka HP model sekarang disebut juga smartphone alias telepon pintar. 

Terus bagaimana kita bisa mengoptimalkan kepintaran telepon ini? Langkah pertama tentu kita mesti mengenali dulu aplikasi apa saja yang sudah ter-install di dalamnya. 

Darimana kita tahu? 

Sederhana saja. Lihat saja ada berapa icon (logo/simbol) yang terlihat pada layar HP kita. Icon berbeda terkoneksi pada aplikasi berbeda pula. Cara mengenali icon pun mesti menggunakan deskripsi yang bisa dipahami dengan mudah, bahkan oleh anak usia 5 tahun. Ketika kita ingin mengirimkan surel, maka kita mesti menekan kotak persegi panjang putih dengan list warna merah di pinggirnya dan list segitiga merah di tengahnya, mirip gambar amplop (gmail). Ketika kita ingin melihat video daring, maka kita akan menekan persegi panjang merah dengan gambar segitiga putih di tengahnya (youtube). Dan ketika kita ingin berkirim pesan, kita akan mencari lingkaran (thought bubble) hijau dengan gambar gagang telepon putih di dalamnya (whatsapp). Dan masih banyak lagi icon yang bisa kita eksplor. 

Jika di dalam gadget telah disediakan icon sebagai pembeda antar aplikasi, terus dalam kehidupan sehari-hari, apa yang bisa kita gunakan sebagai pembeda state ini? 

Sebenarnya dari jaman dahulu kala, manusia sudah berusaha membedakan state ini agar pekerjaan yang mereka kerjakan bisa selesai dengan baik dan benar. Entah disadari atau tidak, masyarakat kita sudah berusaha membedakan fungsi kerja masing-masing state dengan beberapa icon, semisal seragam, pangkat, tongkat komando, tongkat dirijen, dll. Seseorang di RS yang mengenakan jas putih dan berkalung stetoskop akan langsung dikenali sebagai seorang dokter, dan tentu juga wajib bertindak sebagai seorang penolong sesuai dengan sumpah hipokratesnya. 

Seorang polisi atau tentara dengan bintang di pundaknya tentu mengemban tugas yang lebih besar jika dibanding dengan mereka yang masih menyandang melati. Terlebih jika para penyandang bintang ini memegang tongkat komando. Simbol melati, bintang serta tongkat komando ini merupakan icon pencetus perilaku yang semestinya dilakukan sesuai dengan tugas dan tanggung jawab mereka. 

Sahabat pembelajar yang berbahagia, tahukah Anda bahwa menjadi dirijen di masa lalu sangatlah ribet. Apa pasal? Karena dalam memimpin orkestranya, seorang dirijen mesti menggunakan tongkat sebesar tongkat sakti Sun Go Kong, si kera sakti. Tongkat ini perlambang kepemimpinan  sang dirijen, yang mesti mampu menentukan arah musikalitas simponi mereka, mengikuti arah tadi dan menunjukkan arah tersebut kepada anggota orkestra. Suatu ketika ada seorang dirijen terkenal (saya lupa namanya)  yang tanpa sengaja menjatuhkan tongkat ini dan ujungnya mengenai ibu jari kakinya. Karena beratnya baton (tongkat dirijen) waktu itu, jempol kaki sang dirijen mengalami luka lumayan parah. Runyamnya lagi, dia adalah penderita diabetes, sehingga pada akhirnya jempol tersebut mesti diamputasi. 

Belajar dari pengalaman pahit tersebut, maka perkumpulan dirijen saat itu memutuskan mengganti ukuran baton menjadi sekecil sekarang ini. Meskipun ukuran berubah, namun fungsi ikonik baton sebagai simbol kepemimpinan dalam orkestra tetap berlanjut. 

Sahabat pembelajar yang berbahagia, demikianlah contoh pentingnya mengenali state dan manfaat dalam kehidupan sehari-hari kita. Saya akan menutup ulasan state ini dengan mengutip buku Edward de Bono mengenai Six Thinking Hat, yang menurut saya sangat relevan dengan optimasi state dalam keseharian kita. 

Six Thinking Hat adalah  suatu teknik yang baik dan penting dalam mengambil suatu keputusan. Teknik ini memaksa kita bergerak keluar dari kebiasaan gaya berpikir kita, membantu kita melihat dari berbagai perspektif penting yang berbeda sehingga kita mampu melihat segala sesuatunya secara utuh menyeluruh sebelum kita membuat keputusan. Six Thinking Hat adalah topi imajiner dimana setiap topi merepresentasikan satu sudut pandang.  Kita bisa memakai satu topi berpikir satu per satu untuk berpindah dari sudut pandang yang satu ke sudut pandang lainnya

Setiap “Topi Berpikir” merupakan cara pikir yang berbeda. Topi-topi tersebut adalah:

Topi Putih
Dengan “memakai” topi putih, kita bisa fokus kepada data yang tersedia. Lihatlah informasi yang kita punya, dan temukan pelajaran dari semua informasi tersebut. Telitilah ruang-ruang kosong dari susunan informasi kita, dan cobalah untuk mengisinya atau temukan hikmahnya. Ketika memakai topi ini, kita akan menganalisis tren-tren lama dan mengekstrapolasi data-data historikal.

Topi Merah
Ketika mengenakan Topi Merah, kita akan melihat sebuah situasi melalui intuisi, reaksi berantai, dan emosi. Cobalah untuk berpikir bahwa semua orang akan bereaksi secara emosional terhadap perencanaan baru. Dengan topi ini, kita bisa mencoba untuk mengerti mengapa orang merespon sedemikian rupa; mungkin karena mereka tidak memahami alasan kita.

Topi Hitam
Topi hitam akan memberikan pandangan mengenai sisi buruk dari semua keputusan. Pahamilah dengan hati-hati dan defensif. Mengapa keputusan ini bisa gagal? Topi ini sangat penting karena memberikan kita kesempatan untuk menghilangkan hal-hal negatif, mengganti beberapa keputusan yang salah, atau menyiapkan perencanaan untuk menanggulangi hal-hal buruk.

Topi Hitam membantu kita untuk membuat perencanaan yang lebuh “kuat” dan fleksibel. Topi ini juga memungkinkan kita untuk menemukan cacat-cacat yang fatal dan risiko-risiko sebelum memulai tindakan apapun. Topi Hitam adalah tokoh utama dalam teknik ini, yang akan memberikan manfaat terbesar. Alasannya adalah, beberapa orang sukses terbiasa untuk berpikir positif sehingga tidak melihat masalah sejak awal. Hal ini akan menyebabkan kurangnya persiapan dalam menghadapi masalah yang mungkin muncul.

Topi Kuning
Memakai Topi Kuning membantu kita untuk berpikir positif. Inilah sudut pandang positif yang membantu kita melihat keuntungan dari semua keputusan dan value di dalamnya. Pemikiran Topi Kuning memungkinkan kita untuk terus maju walaupun keadaan sedang sulit.

Topi Hijau
Topi Hijau mewakili sisi kreatif. Di sini kita bisa mengembangkan solusi kreatif bagi semua situasi. Topi ini memungkinkan kita mengeksplorasi, dimana ide-ide kreatif mendapatkan paling sedikit kritik. Sangat banyak tools kreatifitas yang bisa kita gunakan di sini.

Topi Biru
Topi Biru adalah topi untuk kontrol proses. Topi ini dipakai oleh mereka yang memimpin meeting. Ketika situasi sulit terjadi dan ide-ide mulai kering, pemakai Topi Biru akan mengalihkan aktifitas tim menuju Topi Hijau. Ketika perencanaan lain dibutuhkan, mereka akan mengarahkan kepada Black Hat.

Nah, sekarang paham khan kenapa saya suka memakai blangkon dan topi fedora? 

Silakan tebar jika manfaat

Tabik
-haridewa-
Happiness Life Coach
Master Trainer NLP (Nyentrik Lucu Profesional)

PS: Anda ingin mendapatkan pemahaman lebih lanjut mengenai STATE dan NLP? 
Ah, Anda pasti tahu mesti menghubungi siapa yang Nyentrik Lucu & Profesional itu!
BLANTERLANDINGv101
Formulir Kontak Whatsapp×
Data Anda
Data Lainnya
Kirim Sekarang