NaZaMWZcMGZ8LGZ7MGxaNGtaLDcsynIkynwbzD1c

The Pillow Technic, Teknologi Pikiran Bawah Sadar Para Raja Jawa yang Mantab Betul

BLANTERLANDINGv101
3034015059065731839

The Pillow Technic, Teknologi Pikiran Bawah Sadar Para Raja Jawa yang Mantab Betul

26/05/20


Saya mendapatkan tehnik ini dari guru saya, Kang Asep Haerul Gani. 

Luarbiasanya, tehnik ampuh ini berasal dari kearifan lokal. Tepatnya bersumber dari naskah-naskah kuno abad 17-an, yang merupakan rahasia 'kebesaran hati' para raja Jawa yang berkuasa di Pakualaman, Praja Mangkunegaran, Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta. 

Diceritakan dalam naskah kuno tadi bahwa para pemimpin kerajaan jawa ini selain memiliki tutur bahasa halus, juga senantiasa memiliki kendali emosi yang sangat bagus ketika berbicara di depan rakyatnya. Apapun kondisi yang sedang dihadapi, namun setiap kali ada kesempatan untuk melakukan orasi, kondisi fisik dan emosi sang raja pasti sangat terjaga dengan baik. Emosinya sangat netral,  bahkan seperti tanpa emosi sedikitpun. 

Bagaimana bisa seseorang, apalagi dia seorang raja, mampu memiliki pengendalian emosi sehebat itu? Apakah memang kehidupan mereka sudah sempurna, sehingga mereka sudah tidak memiliki emosi lagi? Tidak mungkin bukan, karena emosi merupakan salah satu perangkat non fisik yang wajib dimiliki manusia dalam menunjang hidup dan kehidupannya. 

Rupanya para raja tadi memang memiliki rahasia yang telah turun temurun dipraktekkan ketika menghadapi hantaman emosi negatif tingkat tinggi. Dalam beberapa literatur, dikatakan bahwa ketika Sri Sultan Hamengkubuwono (raja Jogja) sedang 'peteng penggalihe' (bingung atau galau) maka Kanjeng Sinuwun ini akan masuk ke ruangan khusus untuk melakukan semadi. Ada juga beberapa pihak yang meyakini bahwa di dalam ruangan tersebut Kanjeng Sinuwun sedang minta bantuan dari Kanjeng Ratu Kidul. 

Namun rupanya terdapat versi tersendiri dalam naskah kuno tersebut yang mengatakan bahwa ketika sedang bingung, sang raja memang akan masuk ke sebuah ruang khusus, kemudian mengunci diri dari dalam. 

Di dalam ruang khusus tersebut telah tersedia beberapa 'ubo rampe' (tools), yang salah satunya adalah bantal, daun lontar serta alat tulis. Kemudian sang raja akan mengambil daun lontar serta alat tulis. Dengan berlasakan bantal, beliau mulai menggambar situasi atau wajah orang yang membuatnya galau. Sang raja juga akan menuliskan semua keadaan atau sifat, perilaku dan semua hal mengenai sosok yang mengganggu pikirannya tadi. 

Ketika sudah puas menggambar dan menuliskan semua kondisi yang dialaminya, sang raja mulai merasai semua sensasi yang muncul. Bisa marah, kesal, murka, kecewa, dll. Kemudian sang raja akan menyadari dan mengakui apa yang sedang dirasakannya. Namun hal ini tidak dibiarkan lama terjadi, karena sang raja buru-buru mengeluarkan bagian diri itu dari tubuhnya. Kalau sekarang mungkin kita mengenalnya dengan melakukan disosiasi. 

Setelah melakukan disosiasi maka raja membiarkan bagian dirinya itu (yang sudah keluar dari tubuhnya) merespon semua perilaku dari orang atau situasi yang mengganggunya tadi  dengan sebebas-bebasnya. 

Dia bisa memaki dengan intensitas yang adekuat untuk me-'release' emosi negatifnya tadi. Dia bisa menendang bantalnya, menggigit, memukul, menyobek dll sampai emosi negatifnya hilang. Sang raja hanya akan berhenti saat sudah merasa tenang dan netral ketika melihat gambar yang ada di daun lontar tadi. Dan ketika hal itu terjadi, bagian diri itu akan kembali masuk ke dalam tubuhnya. Asosiasi. Wow... 
***

Sahabatku yang berbahagia, rupanya itu rahasia para raja jawa dalam mengontrol emosi negatifnya. Jika diperhatikan teknik ini mirip dengan teori Gestalt-nya Fritz Perls yang baru dikembangkan pada awal abad 20. Sementara teknik bantal ini sudah berlangsung semenjak abad 17. Maka sebagai terapis nusantara kita tidak perlu berkecil hati dengan teknik-teknik dari luar, karena kearifan lokal kita menyimpan banyak teknik yang jika diulik dengan seksama juga memiliki keampuhan tersendiri. 

Berikut saya ulang cara melakukan teknik bantal ini sesuai dengan kondisi kita sekarang:

  1.  Cari tempat yang nyaman dan aman dari gangguan. 
  2.  Ambil bantal, kertas dan alat tulis
  3. Bayangkan situasi yang sedang Anda alami. Kemudian tuliskan situasinya dengan gaya 'show', bukan 'tell' (baca tulisan saya terdahulu, Show don't Tell). Munculkan semua sensasi dalam panca indera Anda (VAKOG) 
  4. Sadari dan akui semua emosi yang muncul, dan jika semua sensasi emosi negatif sudah muncul, segera lakukan disosiasi. Intinya adalah itu bukan Anda, hanya bagian kecil dari diri Anda (part of) 
  5. Kemudian ijinkan PART Anda tadi melakukan apa yang ingin dilakukan. Pastikan saja melakukannya secara kongruen. Jika ingin memaki, ya memakilah dengan teriakan dan bahasa tubuh yang sesuai. "ASUUUUU, DIANCUUUK!" bukan sekedar "nuwun sewu panjenengan segawon"
  6. Pukul, gigit, tendang, sobek, remas bantal tadi sampai puas
  7. Kuncinya adalah Ex-press-i kan. Ex adalah keluarkan. Press adalah tekanan. Maka keluarkanlah semua tekanan yang ada di dalam dada Anda. 
  8. Tandanya Anda sudah sembuh adalah ketika sudah merasa netral ketika melihat kertas yang berisi gambar yang Anda buat tadi. 
  9. Segera lakukan asosiasi lagi ketika Anda sudah merasa tenang. Jika diperlukan, buatlah sebuah anchor rasa tenang dan damai. 
***
Sahabatku yang berbahagia, teknik asosiasi-disosiasi, bahkan Gestalt biasa dipelajari dalam kelas-kelas NLP. 


Silakan tebar, jika manfaat

Tabik
-haridewa-

BLANTERLANDINGv101
Formulir Kontak Whatsapp×
Data Anda
Data Lainnya
Kirim Sekarang