NaZaMWZcMGZ8LGZ7MGxaNGtaLDcsynIkynwbzD1c

SLEIGHT OF MOUTH

BLANTERLANDINGv101
3034015059065731839

SLEIGHT OF MOUTH

13/07/18
Jumat berkah, meski tertanggal 13, namun saya doakan Anda semua berada dalam kondisi yang bergairah, penuh semangat dan dianugerahi rejeki melimpah. Aamiin.
Sidang Pembaca yang Berbahagia, di bawah ini saya sajikan dua cerita yang seolah tidak berhubungan.

'Hak - hak para Kambing'
Suatu hari Bung Sjahrir (mantan Perdana Menteri RI) bersama kawan-kawannya mendatangi sebuah rapat yang menghadirkan H. Agus Salim (HAS) sebagai  pembicara utamanya.  Tujuan mereka tak lain hanya ingin "mengacaukan" rapat tersebut. Maklum sebagai anak-anak muda, mereka saat itu sedang "genit-genit"nya secara intelektual.
Setiap HAS yang memiliki jenggot kambing itu bicara, maka anak-anak muda sosialis liberal tersebut serempak menyahutinya dengan  suara: "embeeekkkkkk". Satu kali didiamkan. Dua kali masih dicuekkan. 

Begitu kali ketiga, embikan berjamaah itu terdengar, tiba-tiba HAS mengangkat tangan seraya berkata:
"Tunggu sebentar. Bagi saya, adalah suatu hal yang sangat menyenangkan bahwa kambing-kambing pun berkenan datang ke ruangan ini untuk mendengarkan pidato saya. Hanya sayang sekali, mereka kurang mengerti bahasa manusia sehingga menyela dengan cara yang kurang pantas. Jadi saya sarankan,  agar sementara, mereka tinggalkan ruangan ini untuk sekadar  menikmati rumput di lapangan"
***

'Suami Yang Cerdas'
Sepasang suami istri sedang terlibat dalam sebuah perdebatan sengit, namun keduanya sama-sama tak mau mengakui bahwa dirinyalah yang salah.
"Aku akan bilang kalau aku salah," sahut sang istri mencoba mengakhiri perdebatan, "jika kamu mengakui kalau pendapatku benar."
Suaminya setuju dan ia mempersilakan istrinya mengatakannya terlebih dulu.
"Aku salah," kata istrinya
Dengan mata berbinar suaminya segera menjawab, "Ya, kamu benar!"
Hehehehe
***

Sudah tertawanya? Bisa melihat hubungan antara dua kisah di atas? Tidak? Memang tidak ada hubungannya kok, jadi tak perlu Anda pusing mencari-cari hubungannya. Suami itu bukanlah HAS, dan HAS juga bukan merupakan suami yang tak mau salah terhadap istrinya.

Sekarang lupakan sejenak kedua kisah di atas.
Ketika dulu mulai mempelajari ilmu sulap (magician), saya dikenalkan pada beberapa teknik yang salah satunya adalah sleight of hand (kecepatan tangan). Teknik ini memanfaatkan kelemahan penglihatan manusia (visual) yang tak mampu menangkap sebuah gerakan yang terlalu cepat frame by frame. Dan ketika seseorang mampu melatih kecepatan tangannya dalam melakukan sebuah aksi sulap, maka terjadilah deception (pembohongan) pada saat itu, dikarenakan apa yang terlihat tidaklah sama persis dengan apa yang terjadi. Ada satu atau beberapa frame yang luput dari pengamatan mata telanjang penontonnya.  

Hebatnya, meski mengalami pembohongan, para penonton justru bertepuk tangan penuh suka cita. Bahkan mereka rela membayar mahal untuk sekedar dibohongi. Ya, karena memang justru itulah tujuan dari sebuah magic show. Deception! 

Ketika mendalami ilmu pemberdayaan diri yang bernama NLP (Neuro Linguistic Programming), saya kemudian berkenalan dengan sebuah teknik yang bernama Sleight of Mouth (SoM). Apa pula teknik ini? Apakah ini merupakan sebuah teknik berbicara dengan cepat. Dengan mengharap akan terjadinya deception secara auditory? Terus kalau emang ya, apa pula manfaatnya?
***

Sleight of Mouth (kelihaian bercakap) merupakan suatu pola bahasa yang sangat ampuh untuk melakukan persuasi. Konsep ini disusun oleh Robert Dilts dengan cara memodel keahlian persuasif dan berdebat dari Richard Bandler (the co-founder of Neuro-linguistic programming).

Dilts memecah metodologi ini menjadi 14 pola, yang mengkombinasikan beberapa pola kalimat NLP, utamanya adalah Meta Model.
Meta Model adalah salah satu model formal pertama NLP yang dipublikasikan pada tahun 1975 oleh Richard  Bandler dan John Grinder, dalam buku fenomenal mereka: THE STRUCTURE OF MAGIC, Vol. 1.

Penggunaan Meta Model, biasanya dalam bentuk PERTANYAAN. Ketika seorang klien menyampaikan informasi tertentu, maka seorang NLP Coach menggunakan pemahaman Meta Model untuk menganalisa kalimat yang diucapkannya, lalu menindakanjutinya dengan pertanyaan sesuai TUJUAN yang ia tetapkan.

Meta Model bukan sekedar ‘TEKNIK BERTANYA’, tapi lebih dalam dari itu.  Tujuan penggunaan Meta Model adalah sebagai berikut:

  • Mendapatkan informasi yang lebih SPESIFIK.
  • MENGKLARIFIKASI informasi.
  • Membuka MODEL DUNIA seseorang.

Tergantung dari tujuan pembicaraan, jawaban atas pertanyaan itu bisa kita tindaklanjuti dengan lebih efektif. Tujuan pembicaraan seorang sales yang menghadapi prospek tentu berbeda dengan tujuan seorang coach yang menghadapi kliennya

Berikut contoh pola-pola SoM ketika menghadapi sebuah situasi:
Taruh kata Anda dalam posisi dipanggil oleh atasan Anda karena terlambat datang ke kantor beberapa kali. Bos Anda berkata,  "Anda sering datang terlambat menunjukkan bahwa Anda tidak peduli terhadap kerjaan Anda"

Berikut 14 respon berbeda yang bisa Anda gunakan:

  • Reality strategy:  Darimana Bapak tahu bahwa keterlambatan dan kepedulian merupakan hal yang sama?
  • Model of the world: Beberapa orang yakin bahwa kepedulian ditunjukkan oleh kualitas kerja dan hasil yang diperoleh (bukan karena telat atau tidak)
  • Counter example:  Kita semua tahu bahwa orang yang selalu tepat waktu itu sebenarnya hanya membuang waktu mereka ketika hasil kerjanya tidak sesuai standard.
  • Intent: Saya tidak pernah berniat untuk terlambat, apalagi tidak peduli Pak. Saya hanya ingin memberikan kualitas waktu serta produktivitas tertinggi saya ketika saya berada di sini.
  • Redefine: Saya tidak telat kok, saya hanya tertahan di kemacetan
  • Chunking up: Apakah menurut Bapak hal paling  penting dalam pekerjaan saya adalah datang tepat waktu?
  • Chunking down: Bagaimana tepatnya keterlambatan dan ketakpedulian merupakan hal yang sama?
  • Metaphor or analogy: Jika seorang ahli bedah terlambat makan malam karena mesti menyelamatkan nyawa pasiennya, apakah itu berarti dia tidak peduli pada masakan istrinya?
  • Another outcome: Pertanyaan sebenarnya adalah bukan pada saya telat atau saya peduli. Pertanyaan sebenarnya adalah sebesar apa saya berkontribusi kepada perusahaan?
  • Consequence: Jika saya tidak telat, saya tidak akan mampu menutup penjualan dalam breakfast meeting pagi ini
  • Higherachy of Criteria: Bukankah lebih penting berfokus pada berapa banyak seorang karyawan menghasilkan, dibandingkan pada ketepatan waktu?
  • Apply to self: Astaga, saya berharap Bapak cukup peduli kepada saya dengan mengatakan hal ini lebih awal.
  • Changing frame size: Baik Pak, seiring berjalannya waktu, saya akan tunjukkan kepada Bapak bahwa saya bisa menghasilkan lebih banyak, dibandingkan orang-orang yang selalu tepat waktu itu
  • Meta frame: Mulai banyak perusahaan yang menerapkan waktu kerja fleksibel bagi karyawan yang memberikan kontribusi tinggi. Saya yakin Bapak adalah seorang manajer yang berpikir selangkah lebih maju.

Wow, satu situasi bisa disikapi dengan 14 (atau lebih) pola. Betapa powerful nya teknik SoM ini.
***

Sidang Pembaca yang berbahagia, sekarang kita kembali pada dua kisah di awal tulisan ini. Ternyata HAS, entah sadar atau tidak telah menguasai teknik keren ini. Tanpa harus balik menyerang para 'pengganggunya', dia berhasil memunculkan realita baru bahwa yang kambing itu bukan dirinya, melainkan para pengembik tadi.
Begitu juga dengan suami yang cerdas tadi. Alih-alih mendebat istrinya, dia justru memanfaatkan susunan kalimat sehingga pada akhirnya sang istri mau mengakui kesalahannya.

Itulah sekilas mengenai Sleight of Mouth. Tak perlu kecepatan, melainkan ketepatan pertanyaan dan pernyataan balik yang diutamakan. Hasilnyapun bukan deception melainkan  perception dislodgement.(perubahan paradigma)

Tertarik mempelajari teknik keren ini? 

Ah, Anda pasti tahu kalau saya membuka kelas NNLP setiap bulan, 



Hari: Sabtu Minggu
Di Cafe Therapy
Jl Johar Raya no 27 Taman Cimanggu Bogor

Tabik

-haridewa-
Professional Hypnotherapist
Happiness Life Coach
NLP Trainer
BLANTERLANDINGv101
Formulir Kontak Whatsapp×
Data Anda
Data Lainnya
Kirim Sekarang